Rabu, 02 Februari 2011

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU PADA WAKTU KECIL


Di antara nasehat paling berharga yang bisa kami persembahkan kepada para pemuda adalah agar mereka mengakrabi ilmu sewaktu masih berusia muda. Usia muda merupakan kesempatan yang paling baik unt.uk diambil dan dimanfaatkan oleh orang yang berakal sehat. Pada masa mendatang (masa tua) ia tak akan mampu lagi melakukan apa yang bisa di lakukan saat ini (masa muda).

Mengenai hal ini, ada banyak ucapan atau pendapat para ulama, yang mengisyaratkan pentingnya menuntut ilmu pada waktu muda serta kelebihannya daripada belajar pada usia senja. Al-Hasan bertutur: Menuntut ilmu pada waktu kecil seperti mengukir di atas batu.( 1 )

Alqamah berkata, “Apa.. yang kuhapalkan selagi mudaku seakan-akan aku bisa melihatnya di kertas atau lembaran”.( 2 )
Itu dikarenakan kuatnya hafalannya pada masa masa muda. Barangsiapa yang tak kuasa menghapal, hendaklah ia menulis. ( 3 )

Kata pepatah:
“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah jaring pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali-temali yang kokoh. Adalah bodoh engkau memburu seekor kijang. Lalu membiarkannnya terlepas bebas di antara binatang-binatang lain.”
Ursah bin Az-Zubair berkata kepada putranya, Kemarilah dan belajarlah dariku. Kelak kamu akan menjadi pemimpin suatu kaum, Sewaktu aku kecil, tak terlintas di benakku apa yang akan terjadi kelak padaku. Ketika umurku semakin bertambah, aku tak mengerti orang-orang menjadikan aku sebagai tempat bertanya. Tak ada sesuatu yang amat buruk pada seseorang daripada jika ia ditanya tentang persoalan yang berkaitan dengan urusan agamanya, namun ia tidak tahu-menahu alias bodoh. ( 4 )
Diriwayatkan dari Luqman bahwa ia berkata kepada putranya, “Wahai anakku, duduklah bersama para ulama dan rapatkanlah kedua lututmu. Sesungguhnya Allah menghidupkan hati dengan hikmah sebagaimana Ia menghidupkan bumi yang mati (gersang) dengan hujan yang lebat.” ( 5 ) Kata Luqman selanjutnya, “Wahai anakku, janganlah engkau mempelajari ilmu untuk bermegah-megah di hadapan para ulama, bertengkar dengan orang-orang bodoh dan memamerkan diri di mejelis-majelis ilmu. ( 6 ) Janganlah engkau tinggalkan ilmu karena ketiada perhatian terhadapnya dan suka kebodohan. Wahai anakku pilihlah sendiri mejelis-majelis ilmu. Jika engkau melihat suatu kaum sedang mengagung-agungkan Allah, maka duduklah bersama mereka. Sesungguhnya, bila engkau menjadi orang yang berilmu, ilmumu akan memberi manfaat kepadamu. Bila engkau bodoh, mereka akan mengajarimu. Semoga Allah membuka rahmat-Nya atas mereka sehingga ia menimpamu juga. Dan jika engkau melihat suatu kaum tidak mengagungkan Allah maka janganlah engkau duduk bersama mereka. Sesungguhnya, bila engkau menjadi orang yang berilmu, ilmumu tidak memberi manfaat kepadamu. Dan, jika engkau orang bodoh, mereka akan menambahkan kesesatan kepadamu. Katanya lagi, °Wahai anakku, sesungguhnya hikmah itu ialah jika engkau mendudukkan orang-orang miskin di majelis-majelis raja. ( 7 )

Ucapan yang terakhir ini sangat jelas bagi orang yang pernah membaca sejarah dan biografi para ulama. Kebanyakan mereka berasal dari kalangan orang-orang yang miskin dan lemah. Sekalipun demikan, mereka duduk di majelis-majelis raja. Jika para raja duduk dengan kekuatan panca indera, maka para ulama duduk dengan kekuatan yang bersifat spiritual untuk mempengaruhi hati manusia. Dia juga berkata, “Sebagaimana para raja meninggalkan hikmah — yaitu ilmu -- kepada kalian, maka tinggalkanlah dunia buat mereka. ( 8 )

“Al Ilmu Dhorurotun Syar’iyyah
Dr. Snashir bin Sulaiman Al ‘Umr


( 1 ) Al-Hasan bin Ali berkata kepada putra dan kemenakannya, “Pelajarilah ilmu. Sesungguhnyajika kalian menjadi pemuda suatu kaum, besok kalian menjadi pemuka mereka” (yang Al-Madkhal ila as-ssunaníl-Kubra, No.640. Pemberi komentar (muhaqqiq) berkata: H.R Ibnu Abdil-Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82
( 2 ) Ibid, no.642. Muhaqqiq menisbatkannya kepada Ibnu Saad di dalam At Thabaqat, 6/87 dari al-Hamani.
( 3 ) Ibid, 632, dan muhaqqiq menisbatkannya kepada Ibnu Abdil-Bar, 1/82 dengan sanadnya dari Abdullah bin Imam Ahmad.
( 4 ) Penjelasan ilmu dankeutamaannya oleh Ibnu Abdil-Bar.
(5 ) Al-Madkhal 445 dan muhaqqiq menisbatkannya kepada Ibnu Abdil-Bar dalam menjelaskan perihal ilmu 1/106
( 6 ) Atsar ini semakna dengan hadits Rasulullah shollallohu'alaihi wassalam: “Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakan dari di hadapan ulama, bertengkar dengan orang-orang bodoh dan memperbincangkannya dj majelis-majelis ilmu untuk menarik perhatian. Barang-siapa yang berbuat demikian, maka tempatnya adalah neraka”. H.R Hakim dalam Al-Mustadrak, 1.186; pertama kali diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Al-Muqaddimah, 1/254. Dikatakan dalam Az-Zawaid: Rijal isnad-nya tsiqat. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam shahihnya.
( 7 ) JamiBayanil-ilmi wa fadhlihi.
( 8 ) Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar