Kamis, 26 November 2009

Ibu…aku kangen lebaran bersamamu…


Ibu…
bagaimana kabarmu? bertambahkah uban halusmu? masihkah tidur duduk mu? masihkah malam menyergap ketika kau panjatkan doa untuk kami ketika kami terlena di belenggu mimpi? masihkah kau lincah menghalau nyamuk ketika mereka mengganggu mimpi? masihkah kau tekun menunggu tanak sedap suka kami?
Ibu…
aku tertegun, bertahun2 ku lengkapi hidupmu dengan basuh rindu. terakhir kulihat binar matamu, ketika ku kenakan kebaya dan toga saat wisudaku, dan seulas sedih rautmu saat ku putuskan pergi ke pulau kecil ini. Matamu mengalahkan teduh lembah sunyi dusun. lembut usapan jarimu di kepala mengalah hembusan angin laut ketika ku jejakkan kaki di anjungan kapal saat malam berbintang. terakhir ku cium lembut dan sempat ku basahkan dengan titik air mata punggung tanganmu saat kutinggalkan di bandara Pangkal-pinang. dan ku basuh rasa saat ku tantang panas landasan pacu dan ku tengadah ke alam raya sebelum Bataviaku mengangkasa. dan aku hanya lirih berkata “Ibu… aku masih Rindu, aku masih betul2 rindu!”

Ibu…
sempat kita berbincang bahagia, saat kau tanya rencana…dengan tegas aku berkata ; “Aku belum pulang dulu ibu. Kalau aku pulang berapa banyak uang yang ku habiskan?! Namun jika aku tak pulang, berapa uang yang dapat ku sisihkan untuk istana kecilmu? Bukankah kau ingin bersinggasana di sana saat lebaran haji tiba? biarlah ku pendam rindu, dan doakan aku agar sehat dan masih memiliki waktu,doakan aku ya bu.”

Kala itu kau cukup terdiam, dan lirih berkata “ baiklah kalau begitu, ibu tidak meminta gajimu, tapi kalau itu memang sudah keinginan mu ibu akan menerima. Jaga diri baik2 di sana nak, jgn lupa sholat dan minum susu, jaga kesehatan”

Ibu, aku tahu hatimu meluruh, berapa kali kita bertemu? Paling 1th sekali. Aku bukan cengeng, tapi ini harus kita jalani dulu. Ibu, semoga waktu masih menjadi milik kita, dan aku masih bisa mencium punggung tanganmu, kerut dahimu, halus rambutmu yang mungkin skg makin memutih, aku kangen harum tubuhmu yang seakan2 membuatku seperti kanak2 lagi.



Ibu…
Lebaran ini betul2 meluruhkan hatiku, aku sendiri…berkali2 hari ini aku telpon hanya untuk mendengar suaramu. Kau tahu ibu, aku hanyalah si kecil – si bontot – si keras kepala – si susah makan – si bandel – si pembuat deg2an – si tukang cerewet – si tukang dongeng. Aku masih blm ada di sampingmu tatkala takbir menggema, aku malah belum menjadi apa2. aku betul2 kecil ibu, hatiku telah basah oleh permintaan hatimu, hatiku telah keras oleh perhitungan logika semesta, hatiku telah kalah dengan perbedaan jarak antara aku dan kau ibu. Aku hanya yakin dan tahu…allah swt menyaksikan kekuatan hati kita ibu, dan semoga allah swt memberikan waktu saat Ramadhan dan lebaran berikutnya…

Ya allah …aku hanya meminta kesehatan dan kesahajaan untuk perempuan luar biasa yang selalu memanjatkan doa, membasuh luka & dosa kami dengan air mata ketakutannya kepada Mu ya Rabb Sang Penggenggam Hidup. Aku masih ingin melihatnya, mematri penglihatan ku ketika tiap sholat selesai, saat ibu selalu menangis bersujud kepada mang sambil berkata ” abang, tolong maafkan seluruh dosaku hari ini kepadamu” Ya Allah … aku masih ingin merekam apa yang dia lakukan dalam hidupnya untuk dapat kupelajari dan ku jalankan ketika SAAt itu tiba. Perempuan luar biasa ini selalu patuh dan berbhakti kepada lelaki hebatnya tanpa dalih dan alasan. Dan tak pernah ku dengar keluhannya satu kalipun dalam hidupku, selama dia menikah dengan laki-laki hebat yang ku sebut dengan Mang. Mang…terima kasih telah memilih dia sebagai ibu terbaik dan terdamai di muka bumi ini.

Ibu…aku betul2 kangen pada mu…pada setiap sorotan teduh matamu…pada setiap ikhlas mu..pada setiap ketaatan mu…

Selasa, 24 November 2009

puisi hujan


Ini puisi hujan..
Airnya menerjang setiap inchi kemarau yang berkepanjangan
Embunnya memoles setiap jengkal hati yang lelah
Dinginnya meninabobokan duka dan luka
Cintanya merintis senyum dalam kelam

Dan..
Engkau hujanku
Menyiramku dari tidur perpanjangan
Meronai ruang jiwaku dengan pelangi syahdu
Melelehkan sendi-sendi keangkuhanku

Kan kutunggui awan, hingga membawamu kembali
kutahu kemarau akan lebih panjang
namun cintamu abadi disini, diantara air hujan yang kusimpan
dihati..

sapa pagi


Kalau pagi
kubiarkan mentari menghampiri
menyapa dengan hangat dan sinarnya
Ramah, dan kubalas sapa "Selamat Pagi"

Pagi, jangan diingkari
Hanya akan semakin mematri
biarkan saja
Karena akan selalu sama
dan kau akan terbiasa

Senyum pada mentari
karena dia akan semakin angkuh, ketika siang menjelang
untuk hari dan hati
Yang akan menjauh tak tersentuh

Sapa dengan caramu
dia absurd tak terdefinisi
Dia hanya penyapa
dan pertanda masa

pujangga malam


Mengumpulkan serpihan cerita
Duduk khusyu' di bawah pelita malam
diantara bintang dan bulan

Di pilah-pilah cerita
Satu untukku
Satu untukmu
Satu untuk yang terlewatkan
Dan satu untuk esok malam

.....
malam hari yang sepi di temani hujan

Sabtu, 21 November 2009

Bersiaplah Kawan..!


“Kematian itu pasti datang dan akan terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa, setiap makhluk pasti akan mati, maka bersiaplah akan mati..... adakah disini yang berani menjamin bahwa ia masih dapat hidup 10 menit kedepan?! Jika ada maju kedepan dan katakan dengan lantang..!”




Seperti itulah suasana pesantren sabtu-ahad yang diadakan oleh salah satu sekolah tingkat atas di bilangan Bekasi. Ustadz yang berceramah mencoba memberikan shock therapy bagi para pemuda agar kembali memikirkan orientasi dari kehidupan dunia yang sedang dijalani. Identik dengan masa muda maka salah satu jargon seringkali terbaca dengan istilah ‘balita hura-hura, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga’. Seperti itulah jargon yang kadangkala berdengung seru untuk mempelajari dan menelaahnya kembali apa hal dibalik seruan tersebut. Dan yang sangat tak masuk akal adalah ucapan ‘mati masuk surga’ seakan-akan mereka yang berkata demikian telah mendapatkan janji surga dan melihat surga telah berada di genggaman tangannya. Padahal para sahabat sebagai orang-orang yang terbaik dan telah mendapatkan janji surga masih tetap melaksanakan amal ibadah dalam kesehariannya. Bahkan hal ini juga terjadi pada diri Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam yang senantiasa mensyukuri nikmat dari Allah azza wa jalla.



Berbicara soal kematian, benar sekali tanpa disadari kawan setiap kali ada salah satu kaum muslimin meninggal di tengah-tengah kita, yang pertama kali dan kita repotkan untuk diuraikan adalah soal “wafatnya jam berapa”, “kenapa”, “karena apa”, bahkan tak jarang jika semua cerita telah runtut didengar ditelinga maka sebuah ucapan “kasihan yaa dia..” atau “wah padahal kemarin segar bugar lho”.



Itulah fenomena dan realita yang ada. Seseorang lebih senang untuk mencari tahu lebih dalam tentang sebab kematian seseorang tersebut dan lebih menarik didengar bila menceritakannya kembali terhadap orang-orang disekitarnya. Bukannya berkaca bahwa ia pasti akan menyusulnya sehingga ia dapat mempersiapkan perbekalan yang terbaik bagi dirinya. Sebagaimana yang Allah firmankan:



“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr : 18).



Sungguh keadaan demikian sudah menjadi barang yang langka, terlebih ketika mengetahui bahwa amalannya masih dirasa kurang dan mereka masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya. Tapi itu semua menjadi mustahil di saat jenazah telah dikuburkan, para peziarah telah pulang ke rumah masing-masing, mereka kembali larut dalam aktivitas yang melenakan seperti sedia kala. Apa yang diucapkan soal sebab wafat ataupun ucapan kasihan tersebut tidak kembali pada diri pribadi.



Padahal Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam senantiasa berwasiat agar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya persiapan untuk menempuh perjalanan yang sangat panjang. Suatu saat Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersama para sahabat pergi mengantarkan jenazah. Selepasnya beliau shalallahu ‘alayhi wa sallam duduk di tepi kubur dan para shahabat pun duduk di sekelilingnya. Beliau menyapu kepalanya dan menancap-nancapkan tanah dengan tongkat pendek yang berada ditangannya. Kemudia beliau shalallahu ‘alayhi wa sallam mengangkat kepalanya dan terlihat air matanya mengalir melalui jenggotnya, lalu bersabda: “Wahai manusia, demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari & Muslim).



Kematian adalah suatu hitungan waktu yang pasti dan sangat dekat bagi setiap muslimin. Ia (kematian) datang tidak mengenal situasi dan keadaan seseorang karena setiap ajal telah ditentukan waktunya, tidaklah ia muda ataupun tua, tidak pula ia yang kaya maupun miskin, pria maupun wanita, kematian akan datang pasti. Oleh karena itu alangkah sangat berbahagianya jika seseorang telah mengisi hari-hari dalam hidupnya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan agamanya.



Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya. Dan Allah akan mengumpulkan kekuatannya, dan dunia akan datang sendiri padanya. Namun barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan kefakiran ada di depan matanya, dan mencerai beraikan kekuatannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah di takdirkan kepadanya.” (HR. Tirmidzi).



Mulai sekarang hendaklah kita bersama untuk mempersiapkan dan menyongsong kematian dengan keadaan sebaik-baiknya. Terbiasa mengerjakan amal kebaikan diatas landasan keikhlasan dan kebenaran itu merupakan sebuah keharusan agar jangan sampai ada amalan yang kita bawa nanti bagaikan debu berterbangan dikarenakan tidak dikerjakan sesuai dengan landasan yang benar dalam beribadah.



Ingat dan pahamilah, bahwa senantiasa masih ada waktu untuk membenahi amalan-amalan kita demi mempersiapkan hari akhir yang dijanjikan pasti kedatangannya. Perbaikilah dan isilah keseharian dengan amalan-amalan yang terbaik dan benar. Semoga Allah mencabut nyawa kita dalam keadaan sedang memberikan manfaat dan amalan yang memberatkan sebagaimana lazimnya kebiasaan yang dilakukan.



Dari Anas bin Malik radhiyallohu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba-Nya, maka Dia akan menjadikannya sebagai orang yang rajin beramal.”



Para sahabat pun bertanya “Bagaimana maksudnya?.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Allah memberikan taufik kepadanya untuk beramal shalih sebelum wafatnya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)



“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dari akhirnya.“ (HR. Bukhari)

Written by Rizki Aji
http://sobat-muda.com

Empedu Dunia, Madunya Akhirat


Hiburan bagi orang yang tertimpa musibah adalah ia melihat dengan menggunakan mata hatinya. Menyadari bahwa empedu di dunia pada dasarnya adalah madu di akhirat nanti. Beralih dari empedu dunia yang terbatas, menuju madu akhirat yang tak pernah habis, itu lebih baik dari kebalikannya.

“Surga itu dikelilingi oleh perbuatan yang dibenci manusia, sementara Neraka itu dikelilingi oleh perbuatan yang disukai hawa nafsu.” (HR. Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)


Demikian juga dalam riwayat yang lain, “Pada hari Kiamat nanti akan dihadirkan orang yang paling berbahagia di dunia yang akhirnya masuk Neraka, lalu dimasukkan sebentar ke dalam Neraka tersebut, kemudian ia ditanya, “Wahai manusia, apakah engkau pernah merasakan kebaikan? Apakah ada kebaikan yang pernah engkau alami?” Orang itu menjawab, “Sama sekali tidak wahai Rabbku.” Lalu dihadirkan pula orang yang paling sengsara di dunia ini, namun kemudian masuk ke dalam Surga, dimasukkan ke dalam Surga sebentar, lalu ditanya, “Wahai manusia, apakah engkau pernah merasakan kesengsaraan? Apakah ada kesengsaraan yang pernah kau alami?” Orang itu menjawab, “Tidak ada.” (HR. Muslim, Ahmad)

Konteks kejadian ini menunjukkan tingkat berpikir manusia yang berbeda-beda dan juga perbedaan harkat manusia. Kebanyakan orang di zaman kita sekarang lebih mengutamakan manisnya dunia yang sekejap dibandingkan dengan manisnya akhirat yang tiada akhirnya. Mereka tidak mampu menahan empedu sesaat untuk merasakan madu nan abadi atau merasakan kesengsaraan sejenak demi kemuliaan selamanya. Dengan kata lain, cobaan sesaat demi keselamatan selama-lamanya.

Sesungguhnya yang tampak itu terlihat mata, sementara yang ghaib itu tiada kelihatan, di samping iman yang lemah juga kekuasaan hawa nafsu demikian dominan. Dari situlah lahir sikap mengutamakan dunia yang fana dan menolak kehidupan akhirat.

Demikian selayang pandang tentang kebanyakan orang di jaman sekarang, dalam memulai cita-cita dan prinsip dasar mereka. Semua itu tiada lain karena kecintaan mereka terhadap kehidupan dunia.

Adapan penglihatan yang lebih tajam, akan lebih menguak kehidupan dunia, mencoba menyapa kehidupan akhirat sebagai tujuan final kehidupan manusia. Itu jelas memiliki nilai yang berbeda. Silahkan jiwa kita memikirkan apa yang Allah persiapkan bagi para wali-Nya dan orang-orang yang taat kepada-Nya berupa kenikmatan abadi, kebahagiaan abadi, dan kemenangan yang besar, serta apa yang Allah persiapkan bagi orang-orang yang berbuat kebatilan dan membuang-buang kenikmatan berupa kehinaan, kerugian, dan adzab yang berketerusan.

Lalu silahkan pilih, bagian mana yang layak bagi kita. Setiap orang akan beramal sesuai dengan profil dirinya, dan yang lebih layak menjadi hak dirinya. Ini lautan setitik himah dari saudaramu demi kebaikan kita dan demi menghibur diri kita. (Ummu Zulfa)




Sumber :

Talsiyatu Ahlil Mashaib, Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Manjabi al-Hambali

Ketika Cinta Bersubsidi


Judul tersebut bukan mau menandingi sebuah novel laris manis karya sarjana Al Azhar Mesir yang fenomenal nan monumental, bukan pula mau menandingi pemerintah yang sedang gencar di mass media dalam mengkampanyekan pemberhentian sistem bahan bakar bersubsidi, bahkan bukan pula membahas tentang urusan halal ataupun haramnya pacaran (karena kami yakin, teman-teman lain penulis di situs ini telah menyiapkan soal tersebut). Tulisan ini ditujukan hanya untuk mengasah daya nalar dalam berfikir dan menyadari sebuah realita yang ada aja kok, gak lebih.

Pacaran, sebuah kata yang udah gak tabu lagi buat diucapkan. Bahkan varian demam cinta ini tak hanya melanda hubungan berbeda jenis saja. Tapi pacaran juga berlaku buat mereka yang memiliki hubungan khusus dengan sesama jenis. Nah lho!

Muda-mudi jaman sekarang, bisa dibilang kuper kalo belum pernah ngalamin yang namanya pacaran dalam hidupnya. Justru pujian bagus buat mereka yang suka gonta-ganti pacar, dari mulai play boy sampai buaya darat. Istilah hubungan percintaan bertajuk pacaran emang layak buat dijadikan komoditas publik. Banyak untaian lagu cinta pilihan yang pas buat mereka yang ngerasa sedang pacaran. Menambah suasana pacaran lebih indah dan berkesan. Bukan cuma sekedar pegangan tapi menjurus kesentuhan pun ada. Realita yang sulit buat para aktivis dakwah menutup mata. Sebuah kenyataan yang mudah untuk ditemukan disekitar lingkungan rumah kita.

Sebagian besar mereka yang berpacaran, tentunya memiliki motif tersendiri. Dari yang bersifat umum hingga bersifat khusus. Bersifat umumnya yaa sebagian besar cuma membutuhkan perhatian sampai dorongan semangat, sedangkan yang bersifat khusus adalah pelampiasan hawa nafsu yang liar tak terkendali.

Anehnya dikalangan penganut mazhab pacaran, terselip para pemuda yang masih berseragam dan berjenjang pendidikan wajib belajar. Mereka latah karena mungkin kakaknya, tantenya, omnya, bapaknya, ibunya juga dahulu berpacaran. Jadi legitimasi atas hak asasi untuk berpacaran mesti dibolehkan. Dan orang tua sebagai pengasuh justru malah gak jarang mendukung apa yang dilakukan anaknya yang masih berseragam.

Lebih anehnya lagi segala modal diberikan karena anaknya berubah drastis dari kehidupan sebelumnya gara-gara pacaran. Bener khan?. Kebalik dan sungguh telah terbalik, malah membuat rancu sistem pacaran itu sendiri. Jadi membuat bingung juga sebenarnya yang pacaran itu siapa? Ataukah orang tuanya atau anaknya? Sebab tiap kali sang anak mau memberikan sesuatu ke si pacar, bisa jadi ngajak jalan atau sekedar ngapel dirumah bersangkutan. Pasti yang keluar dana adalah si orang tua. Apa gak malu tuh pacaran masih disubsidi, apa kata dunia!

Namun pemahaman ajaib juga terjadi lagi, ketika banyak mereka para ortu yang melegalkan anaknya pacaran beserta memberikan sokongan dalam pendanaan. Para aktivis dakwah yang justru ingin menghalalkan perbuatan pacaran tersebut dalam kerangka pernikahan lebih cepat, malah dicemooh sebagai barang yang aneh dan baru (kejadian langka ibaratnya). Para ortu tersebut tidak berani memberikan subsidi bagi anaknya yang ingin menikah, tapi malah memberikan subsidi buat kakaknya yang sedang pacaran! Dengan banyak dalih bagi anaknya yang shalih dan ingin menjaga dirinya dengan menikah dituduh sebagai masih kecil dan belum pantas buat menikah...ajiib. kakaknya yang sudah besar lebih gak pantas lagi buat pacaran! Seharusnya demikian.

Itulah ketika kebenaran telah sukses diputar balikkan dengan kebiasaan, sebagian besar orang sekarang menganggap bahwa sebuah kebenaran ialah yang banyak dilakukan dan terbiasa dilihat serta dilaksanakan. Salah satunya adalah pacaran, sedangkan proses sesuai syariat dan kebenaran demi menghilangkan fitnah justru dianggap keanehan. Sungguh sama, persis hari ini dengan kemarin.

Tapi tunggu dulu, ortu bakal kelimpungan ketika para anak yang disayang ketika menyayangi anak orang lain menjadi binal dan sembarangan. Sang pacar pun tekdung alias MBA (Married By Accident) terlebih dulu. Aib pun tersebar dan ortu mengelus dada dengan menikahkan anaknya tanpa rencana. Semua terbengkalai, sebab harusnya pacaran tersebut jadi penyemangat pendidikan sang anak, justru malah menjadi penghancur pendidkan. Sungguh sangat disayangkan.

Sepantasnya bagi orang tua untuk menjaga anaknya yang diamanahkan oleh Allah, bukan malah justru dibantu dalam rangka mendurhakai Allah Ta’ala. Niatnya ingin mendapat cinta dari sang anak, eh justru malah si orang tua memasukkan anaknya kedalam neraka. Ketahuilah pak-bu, bahwasanya pacaran itu adalah pintu menuju perzinahan, dan perzinahan adalah bentuk kekejian yang berasal dari kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Jadi hentikan subsidi kemaksiatan tersebut kepada sang anak.

Jika memang ingin mendapatkan keridhaan dari Allah Ta’ala hendaklah dinikahkan anak tersebut agar tidak meluas fitnah baik di lingkungan maupun di keluarga. Sebab berapa banyak orang tua yang membiarkan anaknya berpacaran dengan seseorang, hasil yang didapat lebih banyak kekecewaan dan kesedihan. Dan itu pasti, disebabkan mereka mengawali jalinan cinta tidak dengan hubungan yang disyariatkan.

Jadi mulai sekarang hentikan kebiasaan yang tidak disyariatkan oleh Islam sebelum semuanya terlambat dan nikahkanlah anak bila memang telah layak. Sedangkan apabila belum mampu maka hendaklah bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Written by Rizki Aji
http://sobat-muda.com

Buat komporin aja nih yang belum juga putus sama “pacar”nya, santai aja lagi kalo “pacaran” cuma buat seneng-seneng doang. Waduh kalo udah kata seneng-seneng doing yang keluar mestinya kamu yang berjenis kelamin cewek jangan mau coz, kalian yang dijadikan “objek” untuk kesenangan para kaum adam. Dan para cowok kaya ga ada “maenan” lain apa? Secara sekarang banyak mainan yang lebih menantang disbanding sekedar menaklukkan si betina dengan rayuan gombal basah.

Kalian mau kenal pasangan lebih “dalam”? Buat apa? Kecocokan? Palsu semua tuh. Dalam islam tuh ga ada namanya pacaran sebelum nikah bahkan ta'aruf pun ga ada. Jadi putusin aja si doi deeh, dunia ga bakalan kiamat kok. Salah seorang penulis mengatakan:

“Mencari jodoh yang baik adalah senantiasa memeperbaiki

diri hari demi hari. Lalu kita menjemputnya dari tangan

Allah diiringi senyuman sang bidadari”

Cihui, bagus kan? Jadi udah jelas banget kalo mau dapet jodoh yang baik yaa tinggal betulin diri kok “Pasangan kita adalah cerminan diri kita”. Pacaran adalah sesuatu yang indah tetapi yang begini nih yang ngerusak, pacaran sebelum nikah. Lihat kebiasaan orang pacaran telpon-telponan sampai larut malam.

Sebagaimana ayat-ayat cinta yang difirmankan oleh Rabb kita azza wa jalla, “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” (QS. An-Nur : 3)

Tuh khan, sesuai fitrahnya magnet boss, kalo kamu ngerasa sebagai orang yang baik-baik niscaya kamu akan dapat pasangan yang baik pula. Belum pernah khan terdengar kasusnya kalo ada seorang kyai, ajengan, ustadz dapetin istri seorang wanita tuna susila dan kawan-kawannya. Begitu juga sebaliknya. Jadi kalo kamu mau mendapatkan sebuah kecocokkan lakukanlah dengan mempertebal keimanan. Dalam iman yang kuat terdapat jiwa yang sehat.



Kita Pasti Siap dan Bisa !

Buat para cewek rugi pacaran emang siapa dia berani pegang tangan kamu, cium kamu dan “towal-towel” kamu, kamu tuh mahal,jangan gara-gara diajak nonton sama makan aja udah luluh. Yang cowok juga ngabisin duit aja sih bahkan sampe berlutut “mengemis” cinta kemana harga dirimu wahai pejantan tanggung eh pejantan tangguh maksudnya.

Jomblo bukan aib, jomblo juga bukan penyakit dan jangan takut dibilang homo gara-gara ga pacaran. Jomblo tuh trend, jomblo tuh bebas dan jomblo tuh normal lagipula “jomblo bukan berarti ga laku!!”. Pulsa kita jadi hemat, waktu tidur kita lebih banyak, badan jadi lebih sehat, dan tentunya tekanan darah gak naik. Kamu tentunya tahu khan betapa seorang yang punya tekanan darah rendah bisa jadi tekanan darah tinggi gara-gara sering berantem sama pacarnya. Nah yang tadinya tekanan darah tinggi bisa jadi tekanan darah rendah gara-gara sering makan ati yang dipendam jadi basi.

Udah deh, pacaran mang biang penyakit, celana jadi sempit, makan jadi irit, sama saudara pelit, dan satu lagi yakni membuat urusan yang padahal mudah menjadi rumit. Kenapa coba? Karena tiap kali mau ngapa-ngapain mesti nanya dulu ma pacarnya, “eummm say, kira-kira aku pergi gak yah ke sekolah?” gubraaaak!!!!! Emang si-say yang bayarin kamu sekolah apa? Dan inilah parahnya lagi, seseorang lebih menurut dengan kata pacarnya yang notabene masih pacaran dibanding nurut sama orang tuanya. Dan lagi-lagi karena ortunya ngedukung pacaran, si ortu akhirnya tiap kali mau nasehatin anaknya mesti lewat pacarnya. Hei! Bangun! Ini tahun millenium.

Khusus buat para cowok, memang kalau sudah ketagihan pacaran apalagi udah level 10 wah susah banget, minta ampun susahnya tapi buktinya banyak kok yang bisa melepaskan ketergantungan dari pacaran yaa itu tadi dengan memformat ulang tujuan diri, guys seorang drugs user aja bisa kok berhenti total dari kebiasaannya dia nge-gele, berarti kalian juga pasti bisa.



Dapatkan Kebahagiaan!

“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki: Isteri shalihah yang dipandang membuat semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman kerena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. Kendaraan yang baik yang bisa mengantar kemanapun pergi. Dan, rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang...”(HR Abu Dawud)

Bagaimana mendapatkannya? Apakah dengan jalan pacaran, Apakah dengan selalu nebeng sama orang tua dengan fasilitas yang disiapkan sejatinya untuk kebaikan. Eh tapi justru buat kesalahan penggunaan. Pistol aja kalo salah digunakan yang tadinya buat menembak musuh malah bisa jadi buat bunuh diri. So guys, bekerjalah! Setiap orang punya takdir yang berbeda, punya kunci rizki yang berbeda. Malu dong pacaran tapi modal dengkul sebentar-sebentar minta uang, sebentar-sebentar nodong, atau kalo nggak ditodong deh tuh cewek buat nombokin biaya makan ma nonton. Jangan mau hai kaum wanita! Bekerjalah wahai pria, katanya cinta..kalo cinta lakukan dan buktikan jangan Cuma omong doang. Kalo Cuma ngomong sih anak bayi juga bisa ngoceh! Ini buat kamu yang masih sekolah lho, kalo yang udah kerja mah topik bahasannya beda lagi, lebih tinggi dikarenakan uangnya udah dirasa mapan tapi gombalnya tetep gak nahaaaan.

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS At-Taubah:105)

Tuntas deh kejawab semuanya, Tinggal Kalian yang belum putusin si doi saatnya PUTUS! Jangan takut Allah beserta kalian! Jadilah orang-orang yang beruntung dengan mengikuti MUTLAK kata-kata Allah dan Rasulnya. SAYANG HARI INI KITA PUTUS, KU HARAP KAU MENGERTI ! (PASTI BISA).

Written by Marthias Al Fathin
http://sobat-muda.com

Jatuh Cinta ala Ikhwah


“Jatuh cinta ala Ikhwah? Gak salah tuh? Kok ihwah bisa jatuh cinta? Maksudnya gimana nih?”

Mungkin itulah beberapa pertanyaan dan juga masih banyak pertanyaan lainnya yang bakal muncul di kepala teman-teman semua ketika membaca judul di atas. Bukan ingin cari sensasi atau bahkan menghakimi, tapi tulisan ini lahir semata-mata karena keprihatinan saya terhadap fenomena jatuh cinta antar ikhwan dan akhwat yang cenderung sudah keluar dari koridor syari’at.

Ya…, inilah fenomena yang akhir-akhir ini semakin vulgar muncul ke permukaan. Sungguh sesuatu yang sebenarnya wajar, namun ternyata lebih sering disalahimplementasikan sehingga mengakibatkan degradasi akhlaq, bahkan degradasi iman…!!! Na’udzubillaah.

Antara Cinta dan Ilmu

Kalo kita ngomongin tentang cinta, maka segala kerumitan yang seolah-olah muncul di hadapan kita. Cinta dengan kesederhanaannya, ternyata mampu membawa implikasi serius bagi si pelakunya. Tentu untuk yang mampu membawa cinta tersebut dalam nuansa yang sakral dan halal, cinta akan menjadi sarana yang positif dalam rangka mendekatkan diri kepada sang Pemilik Cinta itu sendiri. Tapi, ketika cinta itu dirusak dan dihiasi oleh nafsu dan maksiat, maka bukan hanya dosa yang akan menjadi tanggung jawabnya, berbagai bahaya lain, baik berkaitan dengan agama, sosial, maupun psikologi si pelaku sendiri.

Lalu bagaimana jika ternyata yang jatuh cinta itu adalah para ikhwan dan akhwat, yang notabenenya merupakan kalangan yang dalam pandangan orang awam adalah orang-orang yang lebih paham tentang agama. Bahkan mereka kerapkali dijadikan standar kebaikan dan panutan dalam akhlak dan pemahaman agama.

Kalo kita bicara idealnya, tentu bagi para ikhwan dan akhwat yang sedang jatuh cinta tersebut menjalin perasaan yang indah itu dalam ikatan bingkai pernikahan. Karena hanya itulah jalan terbaik untuk melabuhkan cinta. Dan saya rasa pun cukup banyak buku maupun tulisan yang menyajikan tata cara ideal menuju pelaminan. Namun, ternyata kenyataan tak seindah harapan. Akhirnya pun ‘pacaran’ pun jadi alternatif.

“Ikhwah pacaran? Kayaknya nggak mungkin banget deh…!!! Masa ada sih yang kayak gitu?”

Ya, inilah kenyataan yang banyak terjadi di sekitar kita. Bukan sekadar prasangka apalagi gosip belaka. Sungguh ironis dan menyakitkan hati memang. Ketika ikhwan dan akhwat yang lebih paham agama dan sudah tahu hukumnya, justru terjatuh dalam penyakit yang mematikan ini.

Bukan cintanya yang salah, namun aplikasi dalam menunjukkan cinta itu yang terlarang. Dan yang menjadikan lebih sakit hati, ketika mereka melakukan itu sementara tahu ilmunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat, lalu dia dimasukkan ke dalam neraka. Maka berhamburanlah usus perutnya di neraka. Kemudian dia pun berputar sebagaimana keledai berputar pada batu gilingan. Maka penduduk neraka berkumpul di depannya seraya berkata, “Wahai fulan, kenapa engkau begini? Bukankah engkau dahulu yang memerintahkan kami dengan sesuatu yang ma’ruf dan melarang kami dari sesuatu yang mungkar?” Laki-laki itu menjawab, “Betul. Aku dahulu memang memerintahkan kalian dengan sesuatu yang ma’ruf, namun aku tidak melakukannya. Dan aku telah melarang kalian dari kemungkaran, namun aku sendiri melakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)



Penyebab Cinta Itu Bersemi

Sebelum melanjutkan pembahasan, mungkin akan lebih menarik kalo kita berusaha mencari sumber-sumber yang membuat para ikhwan or akhwat itu pada jatuh cinta. Memang, bahwa cinta itu muncul secara tiba-tiba, namun pun demikian kemunculan cinta itu sendiri pada umumnya dipicu oleh sesuatu hal. Bahasa Fisikanya hukum sebab-akibat.

Tapi karena kali ini kita membahas tentang ikhwan dan akhwat, maka tentu dalam mengkaji asal usul tumbuhnya cinta harus sedikit memahami bagaimana pola pikir dan pemahaman para aktivis tersebut yang tentu saja berbeda dengan kebanyakan orang awam.

Nah, hal-hal apa saja yang mampu menyulut cinta di hati para aktivis itu? Berikut diantaranya :

- Agama dan Keshalihan

Saya rasa ini adalah tolak ukur pertama yang dijadikan pegangan bagi para aktivis itu. Bagaimana tidak… alangkah menyenangkan bisa melihat ikhwan yang rajin shalat, suaranya merdu kalo lagi mengaji, nggak pernah ninggalin puasa sunnah, pinter bahasa arab, hafalannya banyak.. de-el-el… Begitu pula pula, betapa senengnya lihat akhwat yang pake jilbab rapi dan lebar, selalu menundukkan pandangan, dan lain sebagainya. Kekaguman pada ‘kesan alim’ itu yang disadari atau tidak menjadi awal mula munculnya benih cinta.

- Pribadi yang Menakjubkan

Inipun juga standard yang biasanya dijadikan parameter bagi pada aktivis tersebut… Biasanya mereka akan lebih mudah kagum sama orang-orang yang punya tipe aktivis sejati. Aktif di rohis or LDK, aktif di BEM, punya IP yang bagus, berwawasan luas, memiliki jiwa kepemimpinan, tegas, de-el-es-be… Wah, siapa sih yang nggak seneng… Dan biasanya, mereka yang bertipe aktivis sejati ini memiliki ‘nilai jual’ yang sangat tinggi. Nggak perlu susah-susah nyari calon, karena mereka biasanya bakal jadi dambaan di hati para pengagumnya.

- Perhatiannya itu lho…

Siapa sih yang nggak ingin diperhatiin…? Ini juga salah satu daya tarik yang perlu digarisbawahi. Biasanya mereka yang bertitle aktivis tuh punya perhatian dan keprihatinan yang tinggi. Mulai dari lingkungan terdekatnya sampai orang yang nggak dikenal pun mereka perhatian banget… mulai dari sekadar sms, telpon, or say hello, dan akhirnya yang dilimpahi perhatian tuh bakal klepek-klepek tak berkutik.

- Wajah yang menawan plus senyum yang manis

Senyum memang adalah ibadah. Yang dengannya akan terajut ukhwah di antara manusia. Nah, bagaimana jika yang melempar senyuman itu ikhwan, dan yang mendapat senyuman itu akhwat… Begitu juga sebaliknya. Apalagi kalo yang kasih senyum juga punya wajah tampan or cantik… Udah hampir pasti bakal bergemuruh tuh hati.

Nah, kembali ke permasalahan. Apakah itu berarti keempat hal di atas adalah terlarang? Saya rasa untuk mengatakan terlarang secara mutlak adalah suatu hal yang terburu-buru. Mengingat bisa jadi bukan keempat di atas bukanlah suatu yang disengaja oleh pelakunya, melainkan sudah merupakan watak. Apalagi keempat hal di atas merupakan asal muasalnya merupakan sendi-sendi Islam yang hanif.

Written by Andita SB
http://sobat-muda.com

Wahai Penuntut Ilmu jangan Sombong !!



Sesungguhnya Syaithan La’natulloh ’alaih apabila tidak mampu memalingkan engkau dari tholabul ilmi, niscaya dia akan mendatangimu dari pintu yang lain dan berusaha untuk membisikkan kepadamu : “Engkau adalah orang yang ‘Alim , Engkau adalah seorang yang zuhud, engkau orang sholeh, engkau adalah seorang yang rajin membaca dan penuntut ilmu,.lihatlah kawan-kawanmu apalah artinya mereka dihadapanmu.”
Syaithan akan berusaha mendatangimu melalui pintu pujian ini, maka berhati-hatilah engkau dengan hal ini.
Rosululloh Sholallohu’Alaihi Wassalam telah memperingatkan engkau dari sifat ini:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقل ذرة من كبر,فقال رجل: يا رسول الله إنالرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة, فقال: إن الله جميل و يحب الجمال,لكبر بطر الحق وغمط الناس.
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru(sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu no.91)
Rosululloh Sholallohu’Alaihi Wassalam menjelaskan kesombongan itu dengan dua perkara, yaitu menolak kebenaran dengan enggan menerimanya, serta menganggap remeh orang lain. Dan Beliau sholallohu’Alaihi Wassalam mengancam dengan tidak akan masuk surga bagi yang memiliki kesombongan sekecil apapun.
Oleh karena itu, tatkala Syaitan meniupkan ruh kesombongan, keangkuhan dan rasa ujub kedalam hatimu maka ingatlah bahwa sesungguhnya dirimu tidak memiliki apapun.
Telah ada Ulama-ulama sebelum engkau yang kokoh bagaikan gunung-gunung, sedangkan dirimu tak lebih bagaikan kerikil-kerikil kecil.
Wahai Saudaraku Thullaabul ilmi, semoga Alloh memberkahimu, dan memberkahi pula ilmumu.. Berati-hatilah dari celah Syaitan yang senantiasa menipumu,Sungguh Syaithan jika gagal melalui pintu ini niscaya dia akan senantiasa memasuki cela-celah lain untuk menyesatkanmu.
Berjuanglah dirimu dijalan Alloh, karena walau bagaimanapun merdunya suaramu, indahnya rambutmu, mulusnya kulitmu, cerdasnya akalmu dan kuatnya hafalanmu maka siapakah yang memberikan semua itu?? Bukankah Alloh?? Tentu engkau akan menjawab ya. Jika demikian , maka apa hakmu untuk menyombongkan diri?,pantaskah dirimu menyombongkan diri dengan sesuatu yang bukan milikmu?, karena pada hakikatnya itu semua datangnya dari Alloh Subhanahu Wata’ala.
Wahai Ikhwan Wa Akwati fillah...
Tidakkah engkau mengkhawatirkan dirimu dan dan tidakkah engkau tahu bahwa jika Alloh yang maha kuasa atas segala sesuatu berkehendak mengambil segala yang dikaruniakan kepadamu maka sesungguhnya Dia mampu untuk mengambilnya. Alloh tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, namun engkaulah yang akan ditanya Oleh-Nya.
Tawadhulah engkau karena Alloh, dan beramallah dengan kitabulloh dan sunnah Rosululloh sholallohu’Alaihi Wassalam.
Allah Ta’ala telah berfirman:
وَأَن لَّا تَعۡلُواْ عَلَى ٱللَّهِۖ إِنِّىٓ ءَاتِيكُم بِسُلۡطَـٰنٍ۬ مُّبِينٍ۬
“Dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.” [Ad-Dhukhan 19]

Ibnu Katsir Rohimahulloh menafsirkan firman Allah :
وَأَن لَّا تَعۡلُواْ عَلَى ٱللَّهِۖ
“dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah.”

Yakni: Janganlah kalian sombong dari mengikuti ayat-ayat-Nya dan melaksanakan hujah-hujah-Nya serta mengimani bukti-bukti-Nya.

Walhamdulillahi Robbil ‘Alamin.


Banyak diambil dari “Isyruun Nashihah ” Tulisan Yang Mulia Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushobi al Abdali Hafidzahulloh.

Jumat, 13 November 2009

Nge-Jomblo, Berani Gak?


Ups…! judulnya aja provokatif banget. Pasti dong sobat muda, udah pada ngeh dengan istilah satu ini. Kalo tetep nggak ngeh juga, mendingan ngeh dulu sono di belakang (huss….itu ‘ngek..). Kalo dalam lagunya Bang Rhoma Irama yang mendayu-dayu itu, jomblo diartikan bujangan alias nggak punya gandengan (emangnya truk, pake gandengan?) he…hee. Sorry, IMUD nggak ngerti juga darimana istilah itu muncul, tapi yang jelas di kehidupan remaja istilah jomblo udah biasa diomongin untuk menyebut mereka yang udah lama atau emang nggak punya gebetan alias pacar, biasanya istilah itu ditempelkan pada kaum cowok. Nah, bagi yang cowok kalo ampe sekarang masih aja nggak punya pacar, siap-siap aja dikasih stempel JOMBLO. Jedok..!!!
Kalo kita lagi ngebahas jomblo udah barang pasti, sangkut pautnya seputar gaya gaulnya remaja. Nggak lucu khan, kalo kita lagi ngobrolin seputar jomblo-menjomblo, kamu larinya ngomong urusan main Pe eS 2 lah, ngomongin soal film misteri lah, atau ngobrol soal game matrix. Khan nggak nyambung tuh? Makanya biar nyambung, Yo’ cepetan gabung, biar kamu nggak bingung, sebab kalo bingung bisa nyemplung (hee..maaf, ya bung…kita juga lagi nanggung)
Para Jombler, Berbahagialah !
Sobat, selamat ya jadi ‘adik baru’ bagi kamu yang ketrima di bangku SMA atau yang masuk kuliah di PT. Bagi kamu yang sekarang duduk di bangku SMA, tentunya berbeda dong rasanya dengan ketika SMP dulu, lebih dewasa gitu maksudnya. Baik dewasa usianya ataupun dewasa pemikirannya. Termasuk dalam urusan bergaul, tentunya lebih dewasa menyikapinya, nggak serampangan aja bergaul, apalagi di jaman Ngeborisasi saat ini, bisa-bisa Iman juga ikut kena di bor. Banyak juga sih, teman remaja badannya gede, suaranya juga udah berubah, yang cowok keluar jakun, kumis atau bulu di ketek (awas…bau lho). Tapi ternyata nggak dewasa dalam menyikapi sebuah persoalan.
Sobat, persoalan nyari pasangan kayaknya udah jadi menu wajib remaja. Mengingat begitu wajibnya, ada moment apa aja, dilakuin untuk bisa menggebet pasangan baru, atau barangkali bagi tipe cowok Casanova bisa sekalian mengoleksi cewek. Nah, bagi kamu yang jadi ‘adik baru’ siap-siap aja jadi incaran play boy sekolahan, mulai dari play boy cap jempol sampai play boy cap tiga jari…he…hee..!
Misal aja, ‘kakak baru’ kamu saat ada acara MOS alias masa orientasi siswa, berlagak sok diktator, suruh sana, suruh sini. Kalo kita ngelakuin kesalahan sedikit aja, dibuatnya jadi gede. Tapi ini biasanya berlaku bagi kakak kelas yang cowok. Naga-naganya cari perhatian dari adik kelas yang cewek. Apalagi setelah ngeliat situasi dan kondisi yang mendukung, tanpa ba bi bu, langsung disamperin si ‘adik baru’ itu. Mulanya sih cuman tanya namanya siapa, rumahnya dimana, tapi karena saking cool obrolannya akhirnya keterusan tanyanya ; udah punya pacar belum? di rumah ada mobil berapa ? bokap punya perusahaan berapa ? (eits…kalo dua yang terakhir itu, khusus untuk tipe jomblo yang matre)
Abis acara MOS kakak kelas yang belum juga dapat ‘bagian’, berusaha sampai titik darah penghabisan (jiele, kayak perang aja ya?) untuk bisa dapat pasangan yang pas menurutnya. BTW, kalo sobat jeli, apa sih kira-kira penyebabnya ‘kakak baru’ kamu ngebet banget mengincar kamu para cewek yang masuk dalam DPO (daftar pencarian orang) Jelas penyebabnya adalah malu jadi jomblo.
Hey, Friend, kasihan deh kamu, kalo cuman urusan jomblo-menjomblo musti malu. Mustinya kamu malu dong kalo nilai raport kamu jeblok. Kamu kudu malu, kalo kamu masih belum bisa ngaji. Kamu juga wajib malu, kalo masih suka ngelakuin kemaksiatan. Iya dong. Jadi, kalo cuma dapet sebutan jomblo mah easy going aja tuh.
Sobat, ngapain juga sih kamu gerah dan risi banget kalo belum dapat pasangan? Iya, coba aja perhatiin teman-teman remaja yang kayaknya merasa wajib punya gebetan. Memangnya kalo udah dapat pasangan (baca: pacar) itu artinya kamu udah hidup sejahtera dan mulia? Memangnya kalo dapat gacoan bisa selamat dunia dan akhirat? Walah, kesleo bener otaknya, kalo ada yang punya pendapat gitu.
Kita prihatin dan ketawa geli. Sebab, banyak juga anak cowok yang sejak lama ngincer pujaan hatinya, tapi nggak berani. Ada yang nekat pdkt, tapi nggak siap untuk ditolak. Waduh, parahnya lagi, malah ada yang sampe punya gelar PMDK, alias pendekatan mulu dapet kagak. Gelodaks! Khusus untuk jenis yang terakhir ini, kayaknya harus dimasukin ke Panti Jomblo. He..he..hee!
Trus, yang cewek harusnya nggak usah berdandan Padi (pantas digoda), sebab bagi para jomblo, pemandangan seperti itu terlalu sedap untuk dilewatkan. Makanya, bukan hanya mata aja yang pengin menikmati, tapi tangan juga pengin dapet bagian, nyubit atau sekedar jabat tangan buat kenalan. Itulah sobat, nggak bisa kita seratus persen, salahin para jomblo yang memburu cinta. Tapi bagi kamu yang cewek harusnya nggak usah mengumbar pesona. Meski wajah kamu imut kayak Katie Holmes ataupun body kamu aduhai kayak Britney Spears, harusnya disimpan dulu deh. Sebab kalo kamu emang dianugerahi Allah, wajah atau badan kayak gitu, mustinya bersyukur. Bersyukur nggak cukup hanya dengan ngucapin Alhamdulillah, tapi syukur nikmat itu, kamu wujudin dengan melindungi atau memakaikan baju yang pas dan diwajibkan oleh syariat Islam. Inget khan, apa baju wajib seorang cewek kalo dia udah baligh? Betul sekali, ya itu jilbab dan kerudung.
Bukan apa-apa Neng, tapi kalo kamu tetap aja mengumbar pesona kamu dihadapan para jombler (= istilah untuk jomblo kelas kakap), dijamin para jombler akan berniat menikmati kamu. Ya kalo cuman dinikmati luarnya doang artinya cuman dilihat. Gimana kalo dinikmati luar dalam? Hii jijay deh. Kalo udah gitu siapa yang rugi hayo? Kamu rugi dan calon suami kamu entar juga akan rugi. Ya nggak?
Dan beruntung banget, kalo sobat muslim yang bisa bertahan jadi jomblo, trus mendapatkan jodoh yang bisa menjaga diri dengan tetap ‘menyimpan’ kecantikan dan virginitasnya. Betapa bahagianya cowok tersebut. Tapi, sekali lagi arena mendapatkan jodoh bukan dengan pacaran, karena itu dosa..sa..sa..sa..sa! Huhh..gemas!!!
Jangan Salahkan Cinta
Manusia diciptakan dan dilahirkan karena adanya cinta. Coba aja, kalo bukan karena cinta, ibu kita nggak akan membiarkan kita lahir dan besar di dunia. Sebab banyak adik-adik bayi sebelum lahir sudah di bunuh di kandungan. Masya Allah. Kita pun bisa ada dikandungan ibu kita, karena adanya cinta antara bapak dan ibu kita. Betul ?
Demikian pula manusia bisa bertahan dengan tenang dan damai di dunia ini karena cinta pula. Makanya Allah ngasih kita cinta, bukan untuk disalahkan cinta itu, bukan pula untuk diumbar rasa cinta itu. Sebab kalo pun disalahin atau dibiarin liar, cinta tetap cinta, jelas yang akan disalah atau dibenarkan adalah orang yang empunya cinta alias kita, manusia. Moga aja kita masih manusia…ups, jahat banget ya kedengarannya?
Tapi nggak koq, sebab banyak diantara kita yang kehilangan jati diri kita sebagai manusia. Buktinya? Manusia khan dibedakan dengan binatang karena kita dikasih akal oleh Allah. Nah, digunakan nggak akalnya untuk mengatur rasa cinta itu. Kalo kamu punya rasa cinta, itu sih artinya kamu memang normal. Cuma masalahnya, apakah kalo udah jatuh cinta, langsung diekspresikan dengan pacaran? Nggak lha yauw! Ada yang bilang pula, bahwa genta bukanlah genta sebelum dibunyikan. Lagu juga bukanlah lagu sebelum dinyanyikan. Nah, termasuk cinta, katanya cinta bukanlah cinta sebelum diekspresikan. He..he.. kalo diekspresikan dengan cara yang baik, it’s Ok dong. Tapi kalo diekspresikan seperti di acara “Katakan Cinta”nya RCTI atau “Date Xpress”nya Trans TV, aduh, tahan dulu deh. Jangan serampangan bikin keputusan. Sebab, bisa berabe akhirnya. Kita sih bukannya, sok tahu atao sok suci ngajarin kamu. But, memang acara kayak gitu jelas ngajarin nggak bener.
Ada yang bilang, acara seperti “Katakan Cinta” adalah acara kreatif dan berani dalam menyatakan cinta. Tapi ngomong-ngomong sekreatif dan seberani apapun kalo namanya dosa tetap aja dosa. Masak berbuat dosa aja pake berani apalagi kreatif, khan nggak lucu. Betul apa betul?
Betul, masalahnya nggak berhenti di situ. Sebab, dengan digelarnya acara tersebut justru ngasih jalan mulus buat remaja yang mau nyari pasangan. Seterusnya? pacaran deh. Padahal kita udah ngeh, bahwa yang namanya pacaran tuh banyak sisi gelapnya. Nggak percaya? Jangan dicoba!
Liat aja, pacaran biasanya menggunakan prinsip 3 T alias ta’aruf (pengenalan), taqarrub (saling mendekat), dan tak tubruk, seperti itu adalah jalan tol menuju pergaulan bebas. Apalagi ditambah dengan mengamalkan prinsip manajemen; ‘sedikit bicara banyak bekerja’. Walah, mulanya sih tangan aja yang bekerja, tapi akhirnya yang laennya khan ikut kegatelan. Kalo udah gitu siap-siap aja tutup mata, soalnya makin serem aja. Adegan 17 tahun keatas bisa terjadi tuh, Hih…ati-ati deh. Naudzubillahimin dzalik!
Sobat, sekali lagi jangan salahkan cinta. Kalo sampai terjadi perzinaan itu mah, bukan salah cintanya, tapi salah kamunya yang terlalu bebas mengumbar rasa cinta. Makanya jauh-jauh, Islam udah mewanti-wanti kita, seperti firman Allah :
“Jangan kamu mendekati zina, karena sesungguhnya itu merupakan perbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan” (TQS. al-Isra 32)
Tuh khan, dekat aja kita kagak boleh, apalagi sampe ngelakuin, wuih bisa berabe emang akibatnya. Liat aja perut anak-anak gadis udah pada buncit, bukan karena penyakit busung lapar atau kena sengat tawon super jumbo, tapi karena hamil pra nikah. Ya, kalo mereka seumuran kamu yang masih sekolah, tentu malu dong kalo ke sekolah bawa momongan, bawa susu buat anaknya, bisa-bisa malah dikeluarin dari sekolah. Biasanya pilihan bagi pasangan yang hamil diluar nikah adalah mengaborsi jabang bayi yang masih ada dalam kandungannya. Gile bener!
Makanya sobat, kamu udah tahu khan gimana akibatnya kalo berdekatan ama zina, mending nggak usah dekat-dekat, tinggalin aja sekalian sejak sekarang, mumpung semuanya belum terlampau jauh. Nggak rugi koq, kalo kamu mau cepat ninggalin aktivitas itu, sebab selain kamu masih muda dan tentunya masih sekolah. Nantinya kamu juga akan bisa menemukan cinta sejati bersama orang yang bener kamu cintai. DIJAMIN !!!
Nggak akan lari gunung dikejar!
Rumus kuno itu kayaknya musti kamu pakai, bukan apa-apa, pengalaman membuktikan yang nggak pake pacaran tapi akhirnya jadi suami isteri yang bahagia nggak keitung jumlahnya. Justru sebaliknya, kalo kamu pake pacaran dulu sebelum kamu mengenal calon isteri atau suami kamu, dijamin bahwa pacarannya pasti mengandung unsur berbohong. Misalnya, si cowok akan bersikap seperti Robin Hood si maling “bijaksana”, karena doinya emang mengidolakan Robbin Hood, padahal si cowok ngeliat filmnya aja belum pernah apalagi tahu sifatnya Robbin Hood. Barangkali, kalo si cewek mengimpikan punya cowok kayak Doraemon, bisa nggak ya kamu yang cowok bersikap kayak Doraemon. Huaa.haa!
Itulah diantaranya sisi gelap pacaran, saking gelapnya bagi yang ngelakuin pacaran, nggak tahu kepribadian sesungguhnya dari pasangannya. Karena doi bisa aja bersikap jujur, pendiam, setia dan seabreg sifat terpuji lainnya. Padahal di belakang atau ketika jauh dari gebetannya, wuh…sikap jeleknya juga seabreg, dan itu nggak pernah diketahui ama pasangannya. Coba bayangin, bete nggak sih??
Sobat muda, kamu kudu yakin, bahwa kalo udah jodoh nggak akan lari gunung dikejar. Artinya nggak usah pusing bin panik kalo masih berpredikat jomblo. Siapa tahu..eh, yang namanya jodoh pas beli nasi ketemu jodoh ama anaknya yang jual nasi, hee..hee. Enak khan bagi yang tercatat sebagai anak kost…bisa dapet makan gratis melulu. Gimana, ok khan?
Kawan, suatu saat nanti kamu bakalan bermetamorfosis (emang kupu-kupu?). Iya, tadinya khan masih betah bersingle-ria, eh, sekarang bergembira ria. Kemarin masih anak-anak, eh, sekarang udah punya anak. Jadi tenang aja sobat. Jangan bete kalo masih ngejomblo. Jangan maksain pacaran. Apalagi untuk mendapatkan pacar sampe bela-belain ikutan menyatakan cinta lewat acara di televisi itu. Idih, itu namanya memalukan plus dosa. Yakin aja ama keputusan Allah. Sambil terus berusaha tentunya. Kalo memang udah ngebet pengen nikah, tapi masih mentok dengan calon pendamping, jangan putus asa. Jodoh di tangan pak hansip, eh, maksudnya di tangan Allah.
Lagian, buat kamu yang masih sekolah, nggak perlu en nggak layak kalo udah mikirin gandengan or gebetan. Prioritasnya belajar dulu yang betul. Sekalian “belajar” nyari jodoh yang betul itu gimana, ya nggak friend? Sebab Allah juga sudah berjanji bahwa Allah akan memasangkan yang baik-baik dengan yang baik-baik pula. Maka, cara nyarinya juga kudu dengan jalan yang baik. Simak juga firman Allah Subhanahu Wataala.:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (TQS an-Nûr 26)
http://abuthalhah.wordpress.com

Karir Wanita Dan Wanita Karir



Diskursus tentang karir wanita dan wanita karir dewasa ini semakin hangat, terutama di negeri ini dan mendapat-kan dukungan serta perhatian serius dari berbagai kalangan, khususnya yang menamakan diri mereka kaum Feminis dan pemerhati wanita.

Mereka selalu mengangkat tema “pengungkungan” Islam terhadap wanita dan mempromosikan motto emansipasi dan persamaan hak di segala bidang tanpa kecuali atau yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan kesetaraan gender. Banyak wanita muslimah terkecoh olehnya, terutama mereka yang tidak memiliki ‘basic’ keagamaan yang kuat dan memadai.

Karena merupakan masalah yang urgen dan berimplikasi serius, maka buletin kita kali ini mengangkat tema tersebut. Semoga tulisan ini menggugah wanita-wanita muslimah untuk kembali kepada fithrah mereka. Amîn.

Kondisi Wanita di Dunia Barat
• Dari sisi historis, terjunnya kaum wanita ke lapangan untuk bekerja dan berkarir semata-mata karena unsur keterpaksaan. Ada dua hal penting yang melatarbelakanginya:

Pertama, terjadinya revolusi industri mengundang arus urbanisasi kaum petani pedesaan, tergiur untuk menga-du nasib di perkotaan, karena himpitan sistem kapitalis yang melahirkan tuan-tuan tanah yang rakus. Berangkat ke perkotaan, mereka berharap menda-patkan kehidupan yang lebih layak namun realitanya, justru semakin sengsara. Mereka mendapat upah yang rendah.

Ke dua, kaum kapitalis dan tuan-tuan tanah yang rakus sengaja mengguna-kan momen terjunnya kaum wanita dan anak-anak, dengan lebih memberikan porsi kepada mereka di lapangan pekerjaan, karena mau diupah lebih murah daripada kaum lelaki, meskipun dalam jam kerja yang panjang.
• Kehidupan yang dialami oleh wanita di Barat yang demikian mengenaskan, sehingga menggerakkan nurani sekelompok pakar untuk membentuk sebuah organisasi kewanitaan yang diberi nama “Humanitarian Movment” yang bertujuan untuk membatasi eksploitasi kaum kapitalis terhadap para buruh, khususnya dari kalangan anak-anak. Organisasi ini berhasil mengupayakan undang-undang perlindungan anak, akan tetapi tidak demi-kian halnya dengan kaum wanita. Mereka tetap saja dihisap darahnya oleh kaum kapitalis tersebut.
• Hingga saat ini pun, kedudukan wanita karir di Barat belum terangkat dan masih saja mengenaskan, meskipun sudah mendapatkan sebagian hak mereka. Di antara indikasinya, mendapatkan upah lebih kecil daripada kaum laki-laki, keharusan membayar mahar kepada laki-laki bila ingin menikah, keharusan menanggung beban peng-hidupan keluarga bersama sang suami, dan lain sebagainya.
Beberapa Dampak Negatif dari Terjunnya Wanita untuk Berkarir

Di antara dampak-dampak negatif tersebut adalah:
• Penelitian kedokteran di lapangan (dunia Barat) menunjukkan telah terjadi perubahan yang amat signifikan terhadap bentuk tubuh wanita karir secara biologis, sehingga menyebabkannya kehilangan naluri kewanitaan, tetapi tidak berubah jenis kelamin menjadi laki-laki. Jenis wanita sema-cam ini dijuluki sebagai jenis kelamin ke tiga. Menurut data statistik, kebanyakan penyebab kemandulan para istri yang bekerja sebagai wanita-wanita karir tersebut bukan karena penyakit yang biasa dialami oleh anggota badan, tetapi lebih diakibatkan oleh ulah wanita di masyarakat Eropa yang secara total, baik dari aspek materil, pemikiran maupun biologis lari dari fithrahnya (yakni sifat keibuan). Penyebab lainnya adalah upaya mereka untuk mendapatkan persamaan hak dengan kaum laki-laki dalam segala bidang. Hal inilah yang secara perlahan melenyapkan sifat keibuan mereka, banyaknya terjadi kemandulan serta mandegnya ASI sebagai akibat perbauran dengan kaum laki-laki.
• Di Barat, muncul fenomena yang mengkhawatirkan sekali akibat terjunnya kaum wanita sebagai wanita karir, yaitu terjadinya tindak kekerasan terhadap anak-anak kecil berupa pukulan yang keras, sehingga dapat mengakibatkan mereka meninggal dunia, gila atau cacat fisik. Majalah-majalah yang beredar di sana menyebutkan nama penyakit baru ini dengan sebutan Battered Baby Syn (penyakit anak yang dipukul). Majalah Hexagon dalam volume No. 5 tahun 1978 menyebutkan bahwa banyak sekali rumah sakit-rumah sakit di Eropa dan Amerika yang menampung anak-anak kecil yang dipukul secara keras oleh ibu-ibu mereka atau terkadang oleh bapak-bapak mereka.
• DR. Ahmad Al-Barr mengatakan, “Pada tahun 1967, lebih dari 6500 anak kecil yang dirawat di beberapa rumah sakit di Inggris yang berakhir dengan meninggal sekitar 20% dari mereka, sedangkan sisanya mengalami cacat fisik dan mental secara akut. Ada lagi, sekitar ratusan orang yang mengalami kebutaan dan lainnya ketulian…setiap tahunnya, ada yang mengalami cacat fisik, ediot dan lumpuh akibat pukulan keras”.
• Para wanita karir yang menjadi ibu rumah tangga tidak dapat memberikan pelayanan secara kontinyu terhadap anak-anak mereka yang masih kecil, karena hampir seluruh waktunya dicurahkan untuk karir mereka.
• Berkurangnya angka kelahiran, sehingga pemerintah negara tersebut saat ini menggalakkan kampanye memperbanyak anak dan memberikan penghargaan bagi keluarga yang memiliki banyak anak. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan kondisi yang ada di dunia Islam.
Saksi Mereka Berbicara
• Seorang Filosof bidang ekonomi, Joel Simon berkata, “Mereka (para wanita) telah direkrut oleh pemerintah untuk bekerja di pabrik-pabrik dan mendapatkan sejumlah uang sebagai imbalannya, akan tetapi hal itu harus mereka bayar mahal, yaitu dengan rontoknya sendi-sendi rumah tangga mereka”.
• Sebuah lembaga pengkajian strategis di Amerika telah mengadakan ‘polling’ seputar pendapat para wanita karir tentang karir seorang wanita. Dari hasil ‘polling’ tersebut didapat kesimpulan: “Bahwa sesungguhnya wanita saat ini sangat keletihan dan 65% dari mereka lebih mengutamakan untuk kembali ke rumah mereka…”.
Karir Wanita dalam Perspektif Islam

Allah Ta’ala menciptakan laki-laki dan wanita dengan karakteristik yang berbeda. Secara alami (sunnatullah), laki-laki memiliki otot-otot yang kekar, kemampuan untuk melakukan pekerja-an yang berat, pantang menyerah, sabar dan lain-lain. Cocok dengan pekerjaan yang melelahkan dan sesuai dengan tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara layak.

Sedangkan bentuk kesulitan yang dialami wanita yaitu: Mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak, serta menstruasi yang mengakibatkan kondisinya labil, selera makan berkurang, pusing-pusing, rasa sakit di perut serta melemahnya daya pikir, sebagaimana disitir di dalam Al-Qur’an , “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14).
Ketika dia melahirkan bayinya, dia harus beristirahat, menunggu hingga 40 hari atau 60 hari dalam kondisi sakit dan merasakan keluhan yang demikian banyak, tetapi harus dia tanggung juga. Ditambah lagi masa menyusui dan mengasuh yang menghabiskan waktu selama dua tahun. Selama masa tersebut, si bayi menikmati makanan dan gizi yang dimakan oleh sang ibu, sehingga mengurangi staminanya.

Oleh karena itu, Dienul Islam menghendaki agar wanita melakukan pekerjaan/karir yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya dan tidak mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.
Dienul Islam telah menjamin kehidupan yang bahagia dan damai bagi wanita dan tidak membuatnya perlu untuk bekerja di luar rumah dalam kondisi normal. Islam membe-bankan ke atas pundak laki-laki untuk bekerja dengan giat dan bersusah payah demi menghidupi keluarganya.

Maka, selagi si wanita tidak atau belum bersuami dan tidak di dalam masa menunggu (‘iddah) karena diceraikan oleh suami atau ditinggal mati, maka nafkahnya dibebankan ke atas pundak orangtuanya atau anak-anaknya yang lain, berdasarkan perincian yang disebutkan oleh para ulama fiqih kita.

Bila si wanita ini menikah, maka sang suamilah yang mengambil alih beban dan tanggung jawab terhadap semua urusannya. Dan bila dia diceraikan, maka selama masa ‘iddah (menunggu) sang suami masih berkewajiban memberikan nafkah, membayar mahar yang tertunda, memberikan nafkah anak-anaknya serta membayar biaya pengasuhan dan penyusuan mereka, sedangkan si wanita tadi tidak sedikit pun dituntut dari hal tersebut.

Selain itu, bila si wanita tidak memiliki orang yang bertanggung jawab terhadap kebutuhannya, maka negara Islam yang berkewajiban atas nafkahnya dari Baitul Mal kaum Muslimin.

Solusi Islam Terhadap Diskursus Karir Wanita

Ada kondisi yang teramat mendesak yang menyebabkan seorang wanita terpaksa bekerja ke luar rumah dengan persyaratan sebagai berikut:
• Disetujui oleh kedua orangtuanya atau wakilnya atau suaminya, sebab persetujuannya adalah wajib secara agama dan qadla’ (hukum).
• Pekerjaan tersebut terhindar dari ikhtilath (berbaur dengan bukan mahram), khalwat (bersunyi-sunyi, menyendiri) dengan laki-laki asing; Sebab ada dampak negatif yang besar. Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seo-rang laki-laki berkhalwat (bersunyi-sunyi, menyendiri) dengan seorang wanita, kecuali bila bersama laki-laki (yang me-rupakan) mahramnya”. (HR. Bukhari).
• Menutupi seluruh tubuhnya di hada-pan laki-laki asing dan menjauhi semua hal yang berindikasi fitnah, baik di da-lam berpakaian, berhias atau pun berwangi-wangian (menggunakan parfum)
• Komitmen dengan akhlaq Islami dan hendaknya menampakkan keseriusan dan sungguh-sungguh di dalam berbicara, alias tidak dibuat-buat dan sengaja melunak-lunakkan suara. Firman Allah, “Maka janganlah sekali-kali kalian melunak-lunakan ucapan sehingga membuat condong orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit dan berkata-katalah dengan perkataan yang ma’ruf/baik”.(Al-Ahzab: 32)
• Hendaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan tabi’at dan kodratnya seperti dalam bidang pengajaran, kebidanan, menjahit dan lain-lain.
Penutup

Sudah waktunya kita memahami betapa agungnya dien ini di dalam setiap produk hukumnya, berpegang teguh dengannya, menjadikannya sebagai hukum yang berlaku terhadap semua aturan di dalam kehidupan kita serta berkeyakinan secara penuh, bahwa ia akan selalu cocok dan sesuai di dalam setiap masa dan tempat.

Sumber : (Diambil dari majalah “Al-Hikmah” volume VIII, edisi Syawwal 1416 H, hal. 123-140 dengan judul “ ‘Amal al-Mar’ah Baina Al-Islam wa Al-Gharb” tulisan Ibrahim an-Ni’mah – Abu Hafshoh)

Metode Memahami Islam




Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita sebagai manusia yang terlahir dan besar dalam keadaan Islam. Ini merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan hanya pada orang-orang yang Dia kehendaki. Firman Allah: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Al-Maidah: 3).
Ibnu Katsir dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (Islam) adalah nikmat terbesar Allah atas umat ini, di mana Allah telah menyempurnakan agama ini bagi mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan kepada agama selain Islam dan kepada nabi selain Rasulullah. Oleh karena itu Allah telah menjadikan Muhammad n sebagai penutup para nabi dan mengutus beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi pengahalalan kecuali apa-apa yang telah beliau halalkan dan tidak ada lagi pengharaman kecuali atas apa-apa yang telah beliau haramkan dan tidak ada yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang telah beliau syariatkan. Semua yang beliau sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan di dalamnya sedikit pun.

Dengan ayat ini pula Allah telah menyempurna-kan iman orang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan ataupun pengurangan terhadap syariat agama ini selamanya. Kalau hal ini benar-benar dipegang oleh seorang muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid'ah dan perpecahan dalam agama ini yang mengakibatkan kita memahami Islam tidak seperti yang dikehendaki Allah dan RasulNya.

Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagaimana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar? Jawabannya adalah jika manhaj (metode) yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal yang akan diterangkan berikut ini:

1. Kitabullah/Al-Qur'anul Karim

Firman Allah:
"Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.". (Al-An'am: 155).
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam:

"Sesungguhnya aku tinggalkan bagimu dua perkara, salah satunya ialah Kitabullah (Al-Qur'an) yang merupakan tali Allah. Barangsiapa mengikutinya maka ia berada di atas hidayah dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia dalam kesessatan." (HR. Muslim).

2. As-Sunnah yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memahami dan mengamalkan kandungan Al-Qur'an kita memerlukan As-Sunnah yang berisi penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global. Allah berfirman:
"Dan Kami telah menurunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur'an), agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkannya." (An-Nahl: 44).

Pada hakekatnya segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasulullah juga merupakan wahyu dari Allah sehingga wajib bagi kita untuk mentaati segala perintah beliau dan menjauhi segala larangannya. Firman Allah:
Mentaati Rasulullah n berarti mentaati Allah. FirmanNya menyebutkan:
"Barangsiapa yang mentaati Rasul maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak akan mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (An-Nisa': 80).
FirmanNya yang lain:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Al-Hasyr: 7).

3. Atsar (jejak) para sahabat

Para sahabat adalah orang-orang yang mendapat didikan langsung dari Rasulullah n. Mereka yang lebih tahu tentang sebab-sebab turunnya ayat, kepada siapa ayat itu ditujukan dan bagaimana tafsiran dari ayat tersebut. Tidak heran bila Rasulullah n menobatkan mereka sebagai generasi terbaik sebagaimana sabda beliau:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabatku) ..." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Allah juga telah memberikan keridhaanNya kepada mereka, sebagaimana firmanNya:
"Orang-orang yang dahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha pada mereka dan mereka pun ridha pada Allah, dan Allah janjikan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100).

Jika Allah sudah ridha pada mereka, pasti mereka adalah orang-orang yang benar dan selamat. Maka jika kita ingin selamat, kita juga harus mengikuti mereka dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam hal akidah, akhlak, ibadah maupun muamalah. Sebagaimana keselamatan ini juga dijamin oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam dalam sabdanya:

"Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di Neraka kecuali satu. Mereka (para sahabat) bertanya: Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah? Jawab beliau: Siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini." (Jami'ul Ushul fi Ahadits Ar-Rasul. Diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya, Al-Hafizh menggolongkannya hadits hasan).
Beliau juga memerintahkan:

"Dan barangsiapa yang hidup di antara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin setelahku. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi-gigi gerahammu." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

4. Atsar (jejak) para tabi'in dan tabi'ut tabi'in

Tabi'in adalah murid para sahabat, sedangkan tabiu't tabi'in adalah murid para tabi'in. Mereka ini bersama sahabat dikatakan sebagai tiga generasi terbaik. Sabda beliau:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabatku), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'in), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'ut tabi'in)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari apa yang telah diuraikan secara ringkas tadi, akhirnya kita mendapat jawaban sekaligus solusi dari pertanyaan: Kenapa dalam Islam terdapat banyak golongan atau paham yang masing-masing mereka mengaku berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah? Jawabannya adalah: karena masing-masing golongan memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan hawa nafsu atau logika atau perasaannya sendiri-sendiri. Dan solusi dari semua ini adalah mengembalikan lagi pemahaman Islam kita pada apa-apa yang pernah dipahami oleh salafus shalih, yaitu tiga generasi pertama dari umat ini sebagaimana yang tersebut pada hadits di atas (yaitu sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in).Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk selalu berjalan di atas jalan mereka. Amin.
wallohu'alam bishowab

pinggiran kota hujan,
malam hari yg dingin ketika hujan telah reda..
13/11/09

Selasa, 10 November 2009

Pria mendapatkan Bidadari di Surga, wanita mendapatkan apa ?


Pertanyaan:
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Pria mendapatkan istri-istri bidadari di Surga, lalu wanita mendapatkan apa?

Jawaban:
Para wanita akan mendapatkan pria ahli Surga, dan pria ahli Surga lebih afdhal dari pada bidadari. Pria yang paling baik ada di antara pria ahli Surga. Dengan demikian, bagian wanita di Surga bisa jadi lebih besar dan lebih banyak daripada bagian pria, dalam masalah pernikahan. Karena wanita di dunia juga (bersuami) mereka mempunyai beberapa suami di Surga. Bila wanita mempunyai 2 suami, ia diberi pilihan untuk memilih di antara keduanya, dan ia akan memilih yang paling baik dari keduanya

(Fatawa wa Durusul Haramil Makki, Syaikh Ibn Utsaimin 1/132, yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia Fatwa-fatwa tentang wanita 3 cetakan Darul Haq)


Pertanyaan:
Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya: Ketika saya membaca Al-Qur'an, saya mendapati banyak ayat-ayat yang memberi kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan bidadari yang cantik sekali. Adakah wanita mendapatkan ganti dari suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin?

Jawaban:
Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk laki-laki dan perempuan. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan (Ali-Imran:195)

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (An-Nahl:97)

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun (An-Nisa':124)

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar(Al-Ahzab:35)

Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam firman-Nya: Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan (Yasin:56)

Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan(Az-Zukhruf:70)

Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang.
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan (Al-Waqi'ah: 35-36)

Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.

(Fatawal Mar'ah 1/13 yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia Fatwa-fatwa tentang wanita 3 cetakan Darul Haq)

Anugerah-Nya yang Terabaikan


Orang yang akan melakukan perjalanan jauh pasti akan menyiapkan perbekalan yang cukup. Lihatlah misalnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Terkadang ia mengumpulkan harta dan perbekalan sekian tahun lamanya. Padahal itu berlangsung sebentar, hanya beberapa hari saja. Maka mengapa untuk suatu perjalanan yang tidak pernah ada akhirnya –yakni perjalanan akhirat- kita tidak berbekal diri dengan ketaatan ?! Padahal kita yakin bahwa kehidupan dunia hanyalah bagaikan tempat penyeberangan untuk sampai kehidupan yang kekal nan abadi yaitu kehidupan akhirat. Di mana manusia terbagi menjadi: ashabul jannah (penghuni surga) dan ashabul jahim (penghuni neraka).

Itulah hakikat perjalanan manusiaa di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dna sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah berfirman yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr’: 18)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.”
(Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339)

-Umur Bukan Pemberian Cuma-Cuma
Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan kembali. Setiap hari dari waktu kta berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Nabi bersabda yang artinya:

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”
(HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radliyallahu anha. Lihat Ash-Shahihah, no. 946)


-Jangan Menunda-nunda Beramal
Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan:
“Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.”

Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu kalau umurnya akan panjang ? Kalau seandainya dia ditakdirkan panjang, apa ada jaminan dia akan sadar ? Atau justru akan bertambah kesesatannya ?! Allah berfirman yang artinya:

“Dan tiada yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Luqman: 34)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.”
(Ma’alim fi Thariqi ‘Ilmi hal. 32)

“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi , janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.”
(HR. Al-Bukhari no. 6416)

Selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan ? Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang ?! Allah berfirman menjelaskan penyesalan orang-orang kafir ketika datang kematian.
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. ‘Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.”
(QS. Al-Mu’minun: 99-100)

-Umur Umat Ini
Allah telah menakdirkan bahwa umur umat ini tidak sepanjang umur umat terdahulu. Yang demikian mengandung hikmah yang terkadang tidak diketahui oleh hamba. Nabi bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah:
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.”
(Dihasankan sanadnya oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari, 11/240)

Maksud dari hadits ini adalah bahwa keumuman ajal umat ini antara umur 60 hingga 70 tahun. Dengan bukti keadaan yang bisa disaksikan. Di mana di antara umat ini ada yang (mati) sebelum mencapai umur 60 tahun. Ini termasuk dari rahmat Allah dan kasih sayang-Nya supaya umat ini tidak terlibat dengan kehidupan dunia kecuali sebentar. Karena umur, badan, dan rizki umat-umat terdahulu lebih besar sekian kali lipat dibandingkan umat ini.

Dahulu ada yang diberi umur hingga seribu tahun, panjang tubuhnya mencapai lebih dari 80 hasta atau kurang. Satu biji gandum besarnya seperti pinggang sapi. Satu delima diangkat oleh sepuluh orang. Mereka mengambil dari kehidupan dunia sesuai dengan jasad dan umur mereka. Namun mereka sombong dan berpaling dari Allah. Sehingga manusia pun terus mengalami penurunan bentuk fisik, rizki, dan ajal.

Sehingga menjadilah umat ini sebagai yang terakhir. Yang mengambil rizki sedikit dengan badan yang lemah dan pada masa yang pendek. Supaya mereka tidak menyombongkan diri. Ini termasuk dari kasih sayang Allah terhadap mereka. Demikian makna ucapan Al-Imam Ath-Thibi rahimahullah seperti dalam Faidhul Qadir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir (2/15).

Wallahu a’lam.