Rabu, 25 Januari 2012

Ceritanya tak akan pernah usai..

pinjamkan aku hatimu sebentar, agar aku paham;
apa yang engkau rasakan atas apa yang tak dapat aku rasakan,
dia akan melakukan apa pun, jika hal itu untuk kebahagiaan anaknya.
dia akan selalu mencintai kita,
dengan doanya.. dengan air matanya...
aku malu…..pada mu

begitu besar pengorbanan mu

untuk ku………

namun ku tak bisa membalas nya.

Saat dewasaku
Tak ingin ku menjadi saksi beribu pilumu

engkau memang cantik tapi..

Hmm.. kamu cantik tapi kenapa kamu tidak cantik dimata kami?Kamu sholat tapi mengapa kamu tidak menjadi mulia dengannya?Apalah kamu tidak sadar dengan apa yang kamu pakai dan kamu lakukan?wahai ukhti..?Apakah kamu tidak sayang dengan dirimu sendiri. Duh..ukhti kamu itu memang sangat cantik dalam bentuk fisik, tapi mengapa kamu begitu murah. Sehingga kamu terkesan tidak ada nilai sama sekali dimata kami kaum adam. Kamu ingin mendapat penghargaan dari mata kami kaum adam. Tapi malah sebaliknya yang kamu dapatkan. Tak jarang jika dimata kami, kamu hanyalah penghias bumi saja. Yang seketika akan rusak dan usang dimakan waktu. Tak lebih. Maafkan kami duhai ukhti bila engkau marah kepada kami kaum adam. Kami menilai dari apa yang kami lihat. Benar, kamu memang cantik duhai ukhti. Tubuhmu sempurna,matamu indah dan tinggimu semampai, tapi apa itu berguna jika semua itu menjadi barang yang basi. Kami merasa sudah jemu tatkala setiap hari kamu hanya bisa memamerkannya. Berjalan dihadapan kami dengan berlenggang dan dihiasi dengan wanginya aroma parfummu yang menyengat hidung kami. Jangan salahkan kami tatkala kamu memang seperti wanita yang menjajakan dirinya dimalam hari. Karena dimata kami kamu dan mereka tidak ada bedanya. Sungguh amat kami sayangkan dirimu kelak duhai ukhti. Tatkala tanah, papan, dan pakaian kebangsaan telah dikenakan serta menjadi teman setia.

Selasa, 24 Januari 2012

Ketekunan Belajar Para Ulama Salaf

Para Ulama salaf mencari ilmu syar’I dengan semangat dan bersungguh-sungguh, tekun belajar dan memberikan seluruh waktunya untuk menulis, menghafal, dan mengarang. Hingga akhirnya, ilmu syar’I menjadi kenikmatan dan surga pun mereka rasakan.
Ibnu Uqail menceritakan ketekunannya dalam membaca dan meraih ilmu. Beliau berkata, “Sesungguhnya tidak halal bagiku untuk menyia-nyiakan sedikit dari waktuku tanpa faedah, hingga bila lisanku berhenti dari belajar menghafal dan berdiskusi, mata aku berhenti dari membaca buku, maka aku menggunakan pikiranku ketika istirahat. Aku tidaklah bangun kecuali sudah terlintas dalam benakku apa yang akan aku tulis. Aku merasakan semangat belajar ilmu ketika berusia delapan puluh tahun melebihi semangat yang aku rasakan ketika berusia dua puluh tahun.”

Imam Nawawi pada awal belajarnya, setiap hari membaca dua belas buku pelajaran kepada para gurunya lengkap dengan penjelasan dan koreksiaannya. An-Nawawi berkata, “Aku mengomentari semua yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan kitab yang sulit, atau kalimat-kalimat dan tata bahasa yang sulit. Allah memberikan barakah pada waktuku dan kesibukkanku, serta membantuku.

bergelut dengan alam

Tak pernah aku jenuh memandang alam pegunungan yang begitu indah. Ku melihat puncak pegunungan itu begitu dekat. Tertutupi dengan awannya yang tipis. Bagaikan tertutupi tirai yang mulai tesibak perlahan-lahan. Udara pagi yang dingin dan begitu sejuknya Sungguh sangat melegakan paru-paru ini. Kembali lagi aku melihat ke arah pegunungan.
Masih terlihat kerlap-kerlip lampu yang belum dimatikan. Titik-titik bangunan rumah tersembunyi di antara rimbunan pepohonan. Gunung itu terlihat begitu dekat sekali. Seakan-akan hanya tinggal beberapa langkah saja. Dan hanya sekejap saja aku dapat sampai ke puncaknya. Puncaknya yang menjulang tinggi bagaikan mencium langit.
Aku ingin sekali dapat mencapai puncaknya. Kapankan aku dapat pergi ke puncak gunung itu. Aku rindu dengan suasana alam yang begitu indah dan nyaman. Rindu dengan udaranya yang segar, bau pepohonan, gemerisik suara ranting-ranting pohon yang tertiup angin, aliran sungai yang mengalir dengan bersih, suara burung-burung yang bernyanyi .......
Aku benar-benar merindukannya. Namun saat ini aku hanya bisa memandangmu saja. Suatu hari nanti aku pasti akan datang ke tempat mu. Pasti aku akan datang ke tempat mu, pasti .......
(insyaAlloh ta'ala)
Semilir angin pegunungan
Melintasi setiap lekukan lembahan
Meski panas mentari senja menyengat
Hijau terhampar
Hasilkan udara segar
Tanah gembur penghasil kehidupan
Satwa liar bebas berkeliaran
Tersaji dalam satu kawasan
Terdapat dalam rimba raya penuh petualangan
Kita semua kagum melihatnya
Kita semua ingin memilikinya
Bahkan kita ingin jadi kaya karenanya

Aku berjanji untuk kembali
mengingat kembali hijaunya ibu pertiwi

*dari olahan berbagai kawan