Selasa, 24 Januari 2012

bergelut dengan alam

Tak pernah aku jenuh memandang alam pegunungan yang begitu indah. Ku melihat puncak pegunungan itu begitu dekat. Tertutupi dengan awannya yang tipis. Bagaikan tertutupi tirai yang mulai tesibak perlahan-lahan. Udara pagi yang dingin dan begitu sejuknya Sungguh sangat melegakan paru-paru ini. Kembali lagi aku melihat ke arah pegunungan.
Masih terlihat kerlap-kerlip lampu yang belum dimatikan. Titik-titik bangunan rumah tersembunyi di antara rimbunan pepohonan. Gunung itu terlihat begitu dekat sekali. Seakan-akan hanya tinggal beberapa langkah saja. Dan hanya sekejap saja aku dapat sampai ke puncaknya. Puncaknya yang menjulang tinggi bagaikan mencium langit.
Aku ingin sekali dapat mencapai puncaknya. Kapankan aku dapat pergi ke puncak gunung itu. Aku rindu dengan suasana alam yang begitu indah dan nyaman. Rindu dengan udaranya yang segar, bau pepohonan, gemerisik suara ranting-ranting pohon yang tertiup angin, aliran sungai yang mengalir dengan bersih, suara burung-burung yang bernyanyi .......
Aku benar-benar merindukannya. Namun saat ini aku hanya bisa memandangmu saja. Suatu hari nanti aku pasti akan datang ke tempat mu. Pasti aku akan datang ke tempat mu, pasti .......
(insyaAlloh ta'ala)
Semilir angin pegunungan
Melintasi setiap lekukan lembahan
Meski panas mentari senja menyengat
Hijau terhampar
Hasilkan udara segar
Tanah gembur penghasil kehidupan
Satwa liar bebas berkeliaran
Tersaji dalam satu kawasan
Terdapat dalam rimba raya penuh petualangan
Kita semua kagum melihatnya
Kita semua ingin memilikinya
Bahkan kita ingin jadi kaya karenanya

Aku berjanji untuk kembali
mengingat kembali hijaunya ibu pertiwi

*dari olahan berbagai kawan
 ketika puisi sarat akan makna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar