Kamis, 26 November 2009

Ibu…aku kangen lebaran bersamamu…


Ibu…
bagaimana kabarmu? bertambahkah uban halusmu? masihkah tidur duduk mu? masihkah malam menyergap ketika kau panjatkan doa untuk kami ketika kami terlena di belenggu mimpi? masihkah kau lincah menghalau nyamuk ketika mereka mengganggu mimpi? masihkah kau tekun menunggu tanak sedap suka kami?
Ibu…
aku tertegun, bertahun2 ku lengkapi hidupmu dengan basuh rindu. terakhir kulihat binar matamu, ketika ku kenakan kebaya dan toga saat wisudaku, dan seulas sedih rautmu saat ku putuskan pergi ke pulau kecil ini. Matamu mengalahkan teduh lembah sunyi dusun. lembut usapan jarimu di kepala mengalah hembusan angin laut ketika ku jejakkan kaki di anjungan kapal saat malam berbintang. terakhir ku cium lembut dan sempat ku basahkan dengan titik air mata punggung tanganmu saat kutinggalkan di bandara Pangkal-pinang. dan ku basuh rasa saat ku tantang panas landasan pacu dan ku tengadah ke alam raya sebelum Bataviaku mengangkasa. dan aku hanya lirih berkata “Ibu… aku masih Rindu, aku masih betul2 rindu!”

Ibu…
sempat kita berbincang bahagia, saat kau tanya rencana…dengan tegas aku berkata ; “Aku belum pulang dulu ibu. Kalau aku pulang berapa banyak uang yang ku habiskan?! Namun jika aku tak pulang, berapa uang yang dapat ku sisihkan untuk istana kecilmu? Bukankah kau ingin bersinggasana di sana saat lebaran haji tiba? biarlah ku pendam rindu, dan doakan aku agar sehat dan masih memiliki waktu,doakan aku ya bu.”

Kala itu kau cukup terdiam, dan lirih berkata “ baiklah kalau begitu, ibu tidak meminta gajimu, tapi kalau itu memang sudah keinginan mu ibu akan menerima. Jaga diri baik2 di sana nak, jgn lupa sholat dan minum susu, jaga kesehatan”

Ibu, aku tahu hatimu meluruh, berapa kali kita bertemu? Paling 1th sekali. Aku bukan cengeng, tapi ini harus kita jalani dulu. Ibu, semoga waktu masih menjadi milik kita, dan aku masih bisa mencium punggung tanganmu, kerut dahimu, halus rambutmu yang mungkin skg makin memutih, aku kangen harum tubuhmu yang seakan2 membuatku seperti kanak2 lagi.



Ibu…
Lebaran ini betul2 meluruhkan hatiku, aku sendiri…berkali2 hari ini aku telpon hanya untuk mendengar suaramu. Kau tahu ibu, aku hanyalah si kecil – si bontot – si keras kepala – si susah makan – si bandel – si pembuat deg2an – si tukang cerewet – si tukang dongeng. Aku masih blm ada di sampingmu tatkala takbir menggema, aku malah belum menjadi apa2. aku betul2 kecil ibu, hatiku telah basah oleh permintaan hatimu, hatiku telah keras oleh perhitungan logika semesta, hatiku telah kalah dengan perbedaan jarak antara aku dan kau ibu. Aku hanya yakin dan tahu…allah swt menyaksikan kekuatan hati kita ibu, dan semoga allah swt memberikan waktu saat Ramadhan dan lebaran berikutnya…

Ya allah …aku hanya meminta kesehatan dan kesahajaan untuk perempuan luar biasa yang selalu memanjatkan doa, membasuh luka & dosa kami dengan air mata ketakutannya kepada Mu ya Rabb Sang Penggenggam Hidup. Aku masih ingin melihatnya, mematri penglihatan ku ketika tiap sholat selesai, saat ibu selalu menangis bersujud kepada mang sambil berkata ” abang, tolong maafkan seluruh dosaku hari ini kepadamu” Ya Allah … aku masih ingin merekam apa yang dia lakukan dalam hidupnya untuk dapat kupelajari dan ku jalankan ketika SAAt itu tiba. Perempuan luar biasa ini selalu patuh dan berbhakti kepada lelaki hebatnya tanpa dalih dan alasan. Dan tak pernah ku dengar keluhannya satu kalipun dalam hidupku, selama dia menikah dengan laki-laki hebat yang ku sebut dengan Mang. Mang…terima kasih telah memilih dia sebagai ibu terbaik dan terdamai di muka bumi ini.

Ibu…aku betul2 kangen pada mu…pada setiap sorotan teduh matamu…pada setiap ikhlas mu..pada setiap ketaatan mu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar