Minggu, 18 Oktober 2009

MEMAHAMI CINTA


Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam buat Habibullah (kekasih Allah) yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mencintai sunnah beliau hingga akhir zaman.

Telah abadi dalam al-Qur’an yang suci tentang pembunuhan pertama sekali dalam sejarah manusia adalah dikarenakan masalah cinta. Qabil yang tega membunuh saudaranya Habil hanya karena cintanya pada seorang wanita.

Ada kisah seribu satu malam tentang “laila majnun”, yang menceritakan kisah cinta Qais dan Laila yang berakhir dengan kematian Laila dan kegilaan Qais. Shakespeare dengan kisah “Romeo dan Juliet” atau Kahlil Gibran dalam “Sayap-Sayap Patah”, juga Hamka dengan “Di Bawah Lindungan Ka’bah”.

Semua judul di atas adalah cerita tentang tragedi cinta yang penuh air mata dan penderitaan. Ada banyak lagi kisah cinta yang menguras air mata ini. Ratusan bahkan ribuan telah ditulis oleh manusia sepanjang masa dan sepanjang sejarah tentang korban-korban cinta ini. Bahkan tak sedikit yang memakai cara-cara kotor untuk mendapatkan orang yang dicintai. Seperti dengan cara kesyirikan, ada orang yang sudah putus asa karena cintanya bertepuk sebelah tangan, lalu mengambil jalan pintas dengan mengatakan,“bila cinta ditolak maka dukun bertindak”. Ada juga orang karena cintanya ditolak oleh sang pujaan hati, maka ia melakukan hal nekat dengan membunuh sang kekasih atau bunuh diri dengan meminum racun, gantung diri atau dengan cara-cara bodoh lainnya. Dengan alasan bahwa ia tak sanggup melihat sang kekasih berjalan dengan yang lain. Banyak dan sangat banyak kegilaan dan bencana yang telah dihasilkan penyakit yang bernama cinta ini.

BAHAYA MABUK CINTA

Jatuh cinta adalah jalan yang sangat berbahaya, licin, penuh jurang serta duri, mendatangkan perasaan gelisah dan gundah gulana sehingga tak sedikit orang yang bisa aman dari padanya. Telah banyak korban yang berjatuhan hingga tak terhitung jumlahnya.

Ibnu Taimiyah berkata : ”Mabuk asmara dapat membuat penderitanya kurang akal dan ilmu, rusak agama dan akhlaknya, lalai akan kebaikan agama dan seluruh dunia. Dan akibat buruknya bisa berlipat ganda”.

Seorang penyair berkata : ”Ibarat burung dalam genggaman seorang bocah, mengiringnya ke dalam jurang binasa, sambil bermain dan bersenda gurau. Jika engkau menyaksikan orang yang sedang dilanda asmara maka engkau akan berkata: Tidak ada orang yang lebih celaka di muka bumi selain orang yang dimabuk cinta. Meski hawa nafsu merasakan manisnya cinta. Engkau melihatnya menangis dari masa ke masa. Dia menangis karena rindu ketika kekasih jauh darinya. Dia juga menangis ketika dekat dengan kekasihnya, lantaran takut berpisah dengannya.”

SEBAB-SEBAB MABUK CINTA

1.Berpaling dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Pada hakikatnya orang yang apabila jauh dari tuntunan Allah dan Rasul, maka akan mudah dibujuk syaitan untuk melakukan hal-hal yang dilarang agama. Seperti wanita yang menampakkan auratnya dan berhias untuk laki-laki asing. Atau seorang laki-laki dengan bebas mengumbar pandangan mata terhadap wanita yang lewat di hadapannya. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits mengatakan bahwa “Pandangan mata ibarat panah yang dilepaskan iblis.” Dan anak panah ini amat cepat menembus ke lubuk hati dan bereaksi amat cepat meracuni hati. Dan kalau tidak segera disembuhkan maka ia dapat membunuh korbannya. Sebagaimana yang diucapkan oleh penyair,” Segala bencana bermula dari pandangan mata. Dan api besar bermula dari percikan api kecil. Berapa banyak pandangan telah merusak pemilik hati. Sebagaimana anak panah yang menembus sasarannya. Walaupun tanpa tali dan busur...”

2.Jahilnya seseorang tentang bahaya yang muncul karena mabuk cinta ini.

Sesungguhnya ada jenis cinta yang bisa mendekatkan seseorang kepada kekafiran. Cinta seperti ini tidak akan diampuni oleh Allah, karena termasuk jenis syirik kufri (syirik yang paling besar). Tanda-tanda syirik kufri ini adalah:
a.lebih mendahulukan ridho kekasihnya daripada ridho Allah.
b.jika bertentangan antara perintah Allah dengan perintah kekasihnya, maka ia mendahulukan perintah kekasihnya dan mengabaikan perintah Allah.

Maka cobalah lihat kepada orang yang dimabuk cinta ini. Betapa banyak penyakit cinta ini telah menurunkan derajat orang yang mulia menjadi hina sehingga tidak lagi disegani oleh masyarakat dan keluarganya. Berapa banyak penyakit ini telah menyingkapkan aib seseorang yang mendatangkan ketakutan, meninggalkan kepedihan yang berganti jadi penyesalan. Betapa banyak penyakit ini telah mendatangkan musibah dan bencana. Semuanya terjadi juga atas nama cinta.

3.Kekosongan hati.

Ini adalah faktor yang paling utama yang menyebabkan seseorang mendapatkan penyakit cinta. Ibnu ‘Uqail berkata,” Tidaklah penyakit asmara akan mucul kecuali atas orang yang suka melamun dan menganggur.” Ibn al-Qaiyim berkata,” Perkara yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah kehampaan hati dan jiwa. Karena sesungguhnya jiwa itu tak pernah kosong. Jika tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat pasti akan terisi dengan hal-hal yang membahayakan.”

4.Media informasi.

Baik dalam bentuk audio, video dan media cetak. Media informasi seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menanamkan nilai dan kepercayaan dalam pola pikir manusia. Media ini memberikan saham yang sangat besar dalam membangkitkan gejolak cinta dan birahi dengan menampilkan gambar-gambar wanita yang menggoda dan menampilkan kisah-kisah cinta yang romantis melalui sinetron, film, novel, roman dan banyak lagi. Ditambah lagi dengan penghormatan dan pujian media ini terhadap orang-orang yang dimabuk asmara. Hal ini membangun imej kalau orang yang teraniaya dan orang berjuang mati-matian untuk mendapatkan pujaan hatinya dengan cara apapun adalah seorang pahlawan.

5.Keliru dalam memahami hakikat cinta.

Faktor lain terjebaknya seseorang dalam perangkap cinta adalah kesalahan dalam memahami hakikat cinta. Sebagian mereka beranggapan orang yang tak pernah jatuh cinta akan menjadi orang yang keras hati, tidak memiliki perasaan dan tidak memiliki sedikitpun kemuliaan. Seperti ungkapan sebuah syair,” Jika anda tidak pernah jatuh cinta dan tidak mengetahui arti cinta. Maka jadilah batu yang keras tak memiliki rasa.”

HAKIKAT CINTA

Sesungguhnya banyak di antara kita yang tidak mengetahui bahwa ada cinta yang paling tinggi dan paling mulia, paling bermanfaat, paling sempurna yakni mencintai Allah Sang Maha Pencinta. Ini adalah muara dari segala cinta yang terpuji. Ibn al-Qaiyim berkata,” Cinta yang bermanfaat itu terbagi tiga yaitu mahabbatullah (cinta kepada Allah), mahabbah fillah ( cinta karena Allah), dan cinta kepada sesuatu yang membantu seseorang semakin taat kepada Allah. Sedangkan cinta yang membayakan terbagi tiga pula: Al-mahabbah maa’ Allah (mencintai sesuatu disamping mencintai Allah), cinta terhadap perkara yang dibenci Allah dan cinta terhadap sesuatu yang dapat mengurangi ketaatan seseorang kepada Allah.” Adapun cinta yang dimiliki manusia tidak akan terlepas dari keenam perkara tersebut di atas.


MENCINTAI SANG MAHA PENCINTA

Mahabbatullah adalah sumber segala cinta. Oleh karena itu hal yang paling bermanfaat adalah ketika seorang hamba mampu mengarahkan kekuatan cintanya hanya kepada Allah semata. Yaitu dengan mencintai Allah dengan sepenuh hati, ruh dan anggota badannya. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,” Ada tiga perkara apabila ada dalam diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; ia menjadikan Allah dan rasulnya lebih dicintai selain keduanya, ia mencintai seseorang hanya karena Allah, ia sangat benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam api.” (HR. Bukhari dan muslim)

TANGGA MENUJU CINTA ALLAH

Menggapai cinta kepada Allah adalah puncak perjalanan spiritual seorang mukmin. Adapun jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diamalkan oleh shahabat dan para salafus shaleh untuk mencapai kecintaan Allah adalah dengan mengamalkan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah serta melakukan amalan-amalan yang diantaranya;

1.Membaca al-Qur’an, memahami dan mengamalkan kandungannya. Abdullah Ibn Mas’ud mengatakan,” Barang siapa yang mencintai al-Qur’an, maka juga ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”(HR. Thabrâni).

2.Mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah. Inilah yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits qudsi,” Dan tiada bertaqarrub (mendekat) kepadaku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Ku sukai daripada menjalankan kewajibannya. Dan tiada henti-hentinya hambaku mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan sunnah nafilah hingga Aku mencintainya...” (HR. Al-Bukhari). Dengan demikian orang yang bertaqarrub dengan ibadah-ibadah sunnah mempunyai keistimewaan tertentu yang menjadikannya menduduki derajat tertinggi.

3.Selalu zikir (ingat) kepada Allah dalam segala hal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,” sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman; Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak (berzikir) kepada-Ku.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah).

4.Lebih mencintai Allah dari pada dirinya sendiri bahkan dunia dan seisinya.

5.Menghayati penciptaan alam semesta, kebesaran dan nikmat yang telah Allah berikan. Allah berfirman,” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal...” (Qs. Ali-Imran : 190)

RENUNGKANLAH

Bahwa tak ada yang lebih nikmat, lezat dan manis bagi hati dan ruh selain kecintaan kepada Allah, pasrah kepada-Nya, menyembah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan rindu bersua dengan-Nya. Maka dari itu, iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang hanya seberat biji sawi tidak akan menyamai segunung kenikmatan dunia. Dengan sebab iman kepada Allah dan Rasul-Nya yang hanya seberat biji sawi itulah yang bisa membebaskan diri dari keabadian siksaan di kampung akhirat yang penuh penderitaan. Sebagaimana yang diucapkan orang arif,” Siapa yang cinta kepada Allah, maka segala sesuatu akan tampak menyenangkan baginya. Dan barang siapa yang tidak cinta pada Allah, maka dia akan merasakan berbagai macam kerugian dunia.”

Seseorang bertanya kepada Al-Hasan,”wahai Abu Said, saya mengadukan kekerasan hatiku kepadamu.” Al-hasan berkata, ”Cairkanlah dengan mengingat Allah. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras. Kekerasan tidak akan sirna kecuali dengan cinta dan rasa takut yang membuat badan menggigil.”

Ya Allah, ajarkanlah kepada kami tentang hakikat cinta. Pahamkanlah kepada Kami arti tentang Ketegaran Nabi Ibrahim, kepasrahan Nabi Ismail, Ketabahan Nabi Nuh, kesabaran Nabi Yusuf dan kelembutan Nabi Muhammad. Dan apalah arti dari kata cinta yang kami ucapkan jika tak diiringi dengan ketaatan. Tanamkanlah dalam hati kami kecintaan terhadap apa yang engkau cintai. Dan jadikanlah kebencian dalam hati kami terhadap sesuatu yang tidak engkau benci. Dan maafkanlah kami terhadap sesuatu yang kami salah dalam melakukannya dan juga lalai dalam mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau maha pengampun dan engkaulah yang Maha Mengasihi. Maka kasihanilah kami.

Abu Umar Abdul Aziz

Bahan bacaan;
1.Muhammad Ibrahim Al-Hamd, Bila Hati Dimabuk Cinta.
2.Ibnu Qaiyim Al-Jauziyyah, Taman Orang-Orang Jatuh Cinta Dan Memendam Rindu.
3.Abdul Hadi Hasan Wahbi, Hidup Dibawah Naungan Cinta.
4.Abdul Aziz Musthafa, Mahabbatullah; Tangga Menuju Cinta Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar