Minggu, 15 April 2012

embun pagi

Udara dingin
langit biru mengambang awan putih tertunda
derak-derak kabut tipis seterngahnya tertumpah
ke bawah,
 Ini bukan kota, desa atau apa pun
tempat orang-orang singgah dan merindukan
perjumpaan kembali.
Ini adalah padang sepi dan tandus,
buas dan melata. Sepi, belum beranjak
jauh tingkah lengking burung-burung pagi
menghamba cahaya-cahaya hangat
masih belum ada.
Pagi, yang menghujamkan seribu bahasa
Dimulai saat ejaan kata tak lagi mengisyaratkan wacana
Tercucur sudah darah-darah mengalir di kediaman angan
Menghela nafas…

Embun terasa di kulit tangan..
Menyelinap butiran-butiran harapan
Pandanganku hanya tertuju pada langit…
Tentang keteguhan,moral yang seakan dapat di bayar
Nadi ku seakan merasuk otakku
Teduh dalam kiasan..
Sendu dalam lamunan..
Embun itu merasuk hatiku…
Apakah ini…bukan sekedar narasi
Ataukah persepsi..
Dari asa yang tertinggal…
Dari hati yang berbekal…
Pagi itu..hanya aku yang tau..
Bunga mekar menakjubkan…
Angin riang menyanyikan..
Embun datang menyerukan
Kar’na aku masih ada di suatu pagi
Kar’na aku masih bisa bermimpi…

#puisi.org#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar